Rabu 07 Jul 2010 03:44 WIB

Neraca Perdagangan Indonesia-Swiss Masih Defisit

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

EKBIS.CO, JAKARTA--Indonesia sampai sekarang masih menanggung defisit dalam neraca perdagangannya dengan Swiss. "Kita masih defisit karena Indonesia mengimpor barang modal, sedang ekspor kebanyakan bahan baku yang nilainya lebih rendah," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan, Muchtar, usai menghadiri forum bisnis Indonesia-Swiss di Jakarta, Selasa (6/6).

Dalam forum bisnis itu hadir delegasi Swiss yang terdiri atas pelaku usaha dari berbagai sektor yang dipimpin Presiden Konfederasi Swiss, Doris Leuthard. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Ketua Umum KADIN Indonesia Adi Putra Tahir, dan pelaku usaha dalam negeri juga hadir dalam forum tersebut.

Menurut data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia-Swiss pada 2006 defisit 70,4 juta dolar AS, pada 2007 defisit 40,5 juta dolar, dan defisit 141,1 juta dolar pada 2008. Tahun 2009, neraca perdagangan Indonesia dengan negara itu juga defisit 259,2 juta dolar.

Selama Januari-Maret 2010, neraca perdagangan dengan Swiss masih defisit sebesar 57,8 juta dolar AS. Angka lebih besar dari defisit neraca perdagangan pada periode yang sama tahun 2009 yang besarnya 54,5 juta dolar.

Kondisi itu bukan semata terjadi karena Indonesia tidak mampu mengimbangi perdagangan Swiss, tapi karena nilai produk komoditas ekspor utama Indonesia ke negara itu lebih kecil dari produk ekspor Swiss ke Indonesia. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Swiss berupa minyak atsiri, garmen, sepatu, produk elektronik, furnitur, minyak tumbuhan, timah, dan kopi.

Sementara Swiss mengekspor komoditi suku cadang mesin pembangkit listrik, produk farmasi, produk kimia, bahan pewarna, dan kosmetik. Menurut Muchtar, komoditas ekspor Indonesia ke Swiss yang cukup bervariasi masih bisa ditingkatkan volumenya supaya nilainya lebih besar.

Tentang defisit neraca perdagangan Indonesia dan Swiss, Doris mengatakan, itu bukan masalah. "Perdagangan Swiss dengan Jerman juga defisit selama bertahun-tahun, tapi itu kemudian membuat kami sekarang bisa meningkatkan daya saing dan nilai, memperbanyak kesempatan kerja dan pendapatan," katanya.

Mari berharap, segera ada tindak lanjut konkret dalam kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Swiss yang sudah sejak lama dilakukan. Pemerintah, kata dia, utamanya mengharapkan adanya kemitraan dalam peningkatan kapasitas dan daya saing dengan Swiss.

sumber : Ant
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement