EKBIS.CO, JAKARTA-–Pemerintah menegaskan, meski harga cabai melonjak tinggi opsi impor untuk kebutuhan komoditas itu sulit dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik cabai yang tidak memiliki daya tahan lama. Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai rapat koordinasi (rakor) terbatas Ketahanan Pangan, di Kantor Menko Perekonomian, Rabu (21/7).
“Cabai tidak bisa diimpor ya. Soalnya tidak tahan lama. Kemungkinannya bisa diimpor kecil sekali. Kalau diimpor kan harganya turun, tapi ini tidak ada. Ini lebih kepada penyesuaian harga,” ujar Mari.
Menurutnya harga cabai kini sudah mengalami penurunan meski belum besar. Hanya sekitar Rp 1.000 sampai dengan Rp 5.000 per kilogram. Tapi, kata Mari, harga ini sudah menunjukan penyesuaian dari segi pasokan maupun pembeli.
Dari segi pasokan, sudah masuk masa panen pada bulan Agustus. Melihat harganya yang cukup tinggi mereka kemudian menggenjot panennya. “Dan panen kan ada di seluruh Indonesia. Kita menemukan adanya cabai dari Manado masuk ke Jawa, harganya tinggi, kan tentunya menguntungkan petani,” terang Mari.
Sementara dari konsumen, mereka melakukan penyesuaian dengan mengurangi pembelian atau mencampurnya dengan kualitas yang lebih rendah. “Kita tidak melihat adanya impor cabai, karena kita melihat pasokan ada dari mana-mana,” terang Mari.
Sementara itu Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisna Mukti mengatakan, pergerakan harga cabai saat ini cenderung fluktuatif. “Kalau kita lihat dari pergerakan harga cabai, stoknya itu cuma tiga hari. Tidak ada stok jangka panjang. Jadi kalau pasokan hari ini naik, kira-kira 2-3 hari yang akan datang mulai turun. Kalau hari ini turun, 2-3 hari yang akan datang akan naik,” katanya.
Tingginya harga cabai di pasar, menurut Bayu, terjadi karena saat ini belum memasuki masa panen cabai. Bukan karena dominan gagal panen akibat cuaca hujan. Kelangkaan cabai juga disebabkan oleh masalah penyakit yang memengaruhi tanaman cabai. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah memberikan perlindungan bagi lahan cabai agar tidak terkena hujan secara langsung.
Masa pane Cabai diproyeksi masuk pada Agustus mendatang. Bayu memperkirakan total produksi pada Agustus dibandingkan Juli 2010 akan naik sekitar 4.000 ton. Pasokan paling besar berasal dari Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. “Stok 4.000 ton per. Kalau bulan ini (Juli) kira-kira ada 111 ribu ton. Bulan depan kira-kira menjadi 115 ribu ton,” ujar dia. Adapun konsumsi cabai per tahun di Indonesia mencapai 1,2 juta ton dengan populasi penduduk sekitar 250 juta jiwa.