Jumat 13 Aug 2010 03:40 WIB

PLN Siap Gunakan Gas Metana Batubara (CBM) untuk Pembangkit Listrik

Rep: cep/ Red: Krisman Purwoko

EKBIS.CO, JAKARTA--PT PLN (Persero) menyatakan siap menggunakan listrik yang dibangkitkan dengan bahan energi coal bed methane (CBM) atau gas metana batubara. Direktur Energi Primer PLN, Nurpamudji menyatakan saat ini PLN tengah melakukan studi bersama dengan Sugico Group dan Exxon untuk menggunakan CBM bagi bahan pembangkit di Kalimantan Selatan.

Nurpamudji menyatakan sejauh ini Sugico Group memiliki tiga perusahaan yang mengelola CBM di wilayah Kalimantan Selatan dengan luas total 2400 km, yang terbagi tiga blok, yakni Kapin, Banjar 1 dan Banjar 2. Ketiga blok ini kata Nurpamudji telah melakukan kerjasama dengan Exxon. ''Potensinya sekitar 50 TCF,'' kata Nurpamudji.

Untuk sementara PLN menargetkan pada pertengahan 2011 sudah bisa menghasilkan 2,5 mmscfd untuk menghasilkan pembangkit kapasitas 8 MW. Ini mengingat dari 0,25 mmscfd CBM yang dihasilkan kata Nurpamudji bisa membangkitkan sekitar 1 MW listrik. Sedangkan untuk investasi yang dikeluarkan kata Nurpamudji PLN mengeluarkan dana untuk gas engine sebagai alat untuk konversi gas jadi listrik yakni satu juta dolar AS/Megawatt

Nurpamudji menyatakan, sejauh ini yang menjadi tantangan ada dua, yakni secara teknis adalah pemipaan dari sumur-sumur serta dari sisi regulasinya yang belum tergarap. Nurpamudji menambahkan, jika CBM di wilayah Kalimantan Selatan itu sudah bisa dihasilkan secara signifikan, maka akan digunakan untuk mengkonversi PLTD Trisakti Banjarmasin berkapasitas 150 MW.

Manajer Senior Pengadaan Gas dan BBM PLN, Suryadi Mardjuki menambahkan, selama ini PLTD Trisakti tersebut menghabiskan sekitar 80 ribu kiloliter BBM (high speed diesel/hsd) per tahun untuk membangkitkan listrik. ''Dengan memakai CBM ke depannya kita bisa mengganti 70 persen BBM sehingga pemakaian pertahunnya di PLTD itu hanya sekitar 24 ribu kiloliter per tahun,'' kata dia.

Padahal selama ini dengan menggunakan hsd (high speed diesel) biaya BBM mencapai 2000/kwh. Dengan CBM hanya sekitar Rp700/kwh sehingga penghematannya bisa sampai 50 persen karena menjadi Rp1000 per kwh. Namun untuk harga tepatnya sendiri diakui Nurpamudji belum dibicarakan. ''Mungkin nanti setelah eksplorasinya selesai,'' kata dia. Sementara eksplorasinya sendiri akan dimulai kuartal keempat 2010 ini.

Nurpamudji menambahkan, pengembangan Coalbed Methane (CBM) di Indonesia dilakukan atas kebijakan Pemerintah yang sudah dikeluarkan oleh Menteri ESDM sebagai terobosan atas menurunnya jumlah produksi minyak di Indonesia. Pemerintah ingin mengembangkan potensi CBM sebagai salah satu energi alternatif yang banyak terdapat pada daerah-daerah penghasil batubara, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Bagian Selatan.

Pengembangan CBM merupakan salah satu alternatif penyediaan energi primer yang lebih murah dan efisien sehingga bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah untuk memperluas upaya melistriki daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. ''Pengembangan potensi CBM juga sejalan dengan keinginan PLN untuk melakukan efisiensi pembangkitan dengan mengganti pembangkitan berbahanbakar minyak dengan gas,'' kata dia.

PLN telah siap untuk menggunakan listrik yang dibangkitkan oleh pengembang CBM, khususnya untuk mendukung Pemerintah dalam pengembangan Program Listrik Perdesaan. Nurpamudji berharap, dengan adanya studi awal pengembangan potensi CBM mampu menciptakan iklim usaha yang lebih menjanjikan sehingga semakin banyak investor yang bersedia mengembangkan potensi CBM untuk membangkitkan listrik. Ditargetkan dalam 5 tahun kedepan, di Indonesia akan dapat diproduksi 500 mmscfd CBM yang diperkirakan mampu menghasilkan listrik sekitar 2000 MW.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement