Jumat 24 Sep 2010 04:25 WIB

Saham tidak Likuid, Aqua Go Private

Rep: agung budiono/ Red: Krisman Purwoko

EKBIS.CO, JAKARTA--PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA), menyatakan alasan perseroan melakukan go private lantaran banyak pemegang saham minoritas yang tidak dapat menjual sahamnya karena saham tidak likuid, selain itu banyak pemegang saham yang hanya memiliki saham di bawah satu lot (odd-lot), sementara jumlah pemegang saham minoritas juga terbatas. Oleh karenanya penantian panjang selama sembilan tahun untuk Aqua melakukan go private akhirnya mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Direktur Utama AQUA, Parmaningsih Adinegoro menjelaskan, cukup banyak pemegang saham minoritas yang menyampaikan keinginan kepada perseroan untuk menjual sahamnya. "Selain itu, perseroan percaya bahwa dapat membiayai sendiri kegiatan operasionalnya, baik saat ini maupun pada masa mendatang," paparnya, di Jakarta, Kamis (23/9).

Dalam RUPSLB itu, juga disetujui harga tender offer yang telah dinaikan menjadi Rp 500 ribu per saham dari sebelumnya Rp 450 ribu per saham. Dengan demikian, pemegang pengendali Aqua yakni, PT Tirta Investama, seharusnya menyiapkan dana sebesar Rp 371,671 miliar untuk membeli sisa saham publik, melalui tender offer. “Pelaksanaan tender offer mulai November hingga 15 Desember 2010,” papar Parmianingsih.

Parmianingsih menjelaskan, dari sebagian besar pemegang saham minoritas atau sekitar 240 pemegang saham yang memiliki saham odd lot (kurang dari satu lot) sudah menyatakan keinginannya untuk menjual. "Rencana go private sudah sesuai dengan aturan yang berlaku di pasar modal Indonesia," paparnya.

Menurutnya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), juga telah memeriksa semua dokumen-dokumen yang disampaikan perseroan. Termasuk keterangan langsung dari manajemen AQUA kepada otoritas pasar modal.

Wakil Presiden dan Analis Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere, menuturkan alasan Aqua untuk go private cukup beralasan, karena valuasinya yang cukup besar dan tidak likuid di pasaran. "Saya pikir itu hak sepenuhnya perseroan, dan prosedur go private juga dibuat untuk tidak merugikan pemegang saham," paparnya.

Menurut Nico, ada kelebihan dan kekurangan jika sebuah perusahaan melakukan go private, kelebihannya perusahaan tidak perlu menyampaikan kepada publik akan rencana-rencana korporasi serta tidak perlu menyapaikan laporan keuangannya kepada publik. "Kerugiannya, perseroan tidak dapat mencari dana dari masyarakat, mereka harus mencari pinjaman dari bank atau menerbitkan obligasi," paparnya.

Untuk diketahui, Aqua pertama kali ditawarkan saat penawaran saham perdana (initial public offering atau IPO) pada 1 Maret 1990, di harga Rp 7.500, dengan nominal Rp 1.000. Jika investor publik tersebut memegang saham AQUA pada harga perdana, maka keuntungan yang diperoleh mencapai 14.500 persen. “Harga yang ditawarkan kepada investor sudah cukup wajar. Sebab, kalau mereka tetap bertahan saat sudah go private, mereka akan sulit melakukan penjualan,” tukas Nico.

Seperti diketahui, dalam RUPSLB, perseroan mendapat persetujuan 82,6 persen dari pemegang saham publik yang hadir, sementara total pemegang saham yang hadir adalah sebanyak 92,1 persen pemegang saham publik, artinya memenuhi persyaratan kuorum dalam pengambilan keputusan dalam RUPS.

Sementara saham publik AQUA adalah sebanyak 743.383 saham atau 5,65 persen dari seluruh saham perseroan sebanyak 13.162.473. Sisanya dimiliki oleh PT Tirta Investama sebanyak 12.419.090 saham atau 94,35 persen dari total saham perseroan. RUPSLB kali ini merupakan kali ketiga setelah sebelumnya pernah dilaksankan pada 2001, 2005, 2010.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement