EKBIS.CO, JAKARTA--Anggota Komisi VI DPR Chandra Tirta Wijaya menyatakan, seharusnya harga saham IPO Krakatau Steel (KS) bisa lebih tinggi dari yang ditetapkan saat ini. Oleh karenaya, dia mendukung jika rencana IPO KS tersebut dibatalkan karena memiliki potensi merugikan negara.
"Harga saham perdana KS terlalu murah. Dengan harga saham yang murah itu, KS hanya dapat meraup dana yang sangat sedikit," paparnya saat diskusi IPO KS di DPR, Senin (1/11).
Bahkan, jika bisa dibatalkan IPO KS tersebut, menurut dia, itu lebih baik karena berpotensi merugikan negara. Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) itu menuntut, agar Kementerian BUMN dapat transparan terkait harga per lembar saham Krakatau Steel yang ditetapkan senilai Rp 850.
"Saya minta adanya investigasi, mengapa harga tersebut menjadi patokan dan siapa saja yang mendapat penjatahan saham," tegasnya.
Selain itu, lanjut dia, ada isu yang tersebar jika dalam IPO tersebut ada praktek bagi-bagi saham. Di mana, sambung dia, ada dugaan, banyak pejabat yang meminta jatah saham. "Indikasi itu muncul setelah banyak investor yang kesulitan mendapatkan penjatahan. Kalau sudah ada penjatahan di pejabat, berarti ada campur tangan pemerintah yang mestinya tidak boleh dilakukan, dan itu harus dibongkar," jelas Chandra.
Ditambahkannya, seharusnya pemerintah bisa mengakomodir kebutuhan dana yang dibutuhkan KS untuk pengembangan usaha. "Pemerintah harus concern supaya mereka bisa memperbesar produksinya. Target dana IPO KS hanya Rp 2,6 triliun, dan itu kecil, tapi kalau kecil itu masih dipermainkan, alangkah ironisnya," kata Chandra.
Dia menjelaskan, dana hasil IPO itu tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan ekspansi bisnis KS. "Sebab, untuk peningkatan kapasitas produksi menjadi satu juta ton, setidaknya KS membutuhkan dana sekitar satu miliar dolar AS," bebernya.
Oleh karena itu, jika IPO benar-benar terjadi, sambung dia, KS hanya dapat menambah kapasitas produksi sekitar 3 juta ton. Makanya, Chandra menyarankan, lebih baik KS mencari pinjaman daripada menerbitkan saham perdana. Untuk mengatasi kebutuhan dana, Chandra juga mengusulkan untuk menguatkan kerjasama antara KS dengan perusahaan baja lainnya, contohnya Pohang Iron and Steel Company (Posco) dari Korea Selatan.