EKBIS.CO, JAKARTA--Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) mengakui maraknya tindakan akuisisi di industri air minum dalam kemasan (AMDK) domestik.
Anggota Dewan Pembina Aspadin, Subijanto Pambudi, mengungkapkan tren akusisi di antara pemain industri AMDK nasional terjadi karena ingin menekan ongkos distribusi yang terbilang mahal. "Biasanya, suatu merek ingin memasarkan produknya ke area yang lebih luas. Dari pada mengeluarkan ongkos distribusi yang besar, mereka mengakuisisi merek-merek yang ada di daerah tersebut," katanya kepada wartawan, akhir pekan lalu.
Selama setahun terakhir, Aspadin mencatat setidaknya ada 10 pabrik AMDK yang berganti pemilik modal. Selain untuk menekan biaya distribusi, hal itu juga untuk menyelamatkan dan mendorong perumbuhan perusahaan yang diakuisisi. "Semakin jauh jaraknya, semakin tinggi ongkos produksi. Contohnya, satu galon air di Medan bisa dijual Rp 10 ribu, tapi begitu sampai di Padang menjadi Rp 21 ribu," ucapnya.
Karena itu, pemodal AMDK memilih melakukan ekspansi dengan mengakuisisi merek lokal di pasar tujuan. Dia melihat, industri AMDK nasional memiliki peluang pertumbuhan potensial. Investor dan pemain lokal, kata dia, terus melakukan ekspansi.
Sementara itu, Ketua Umum Aspadin Hendro Baroeno mengatakan, Aqua berencana menambah pabrik sebanyak 50 persen dari yang ada sekarang yaitu 14 pabrik. Pabrik-pabrik baru itu, di antaranya akan dibangun di Bali, Lampung, Medan, Cianjur, dan Bogor. Sedangkan, produsen AMDK merek Club berencana menambah menjadi 27 pabrik pada 2011.
Terkait pemberitaan temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengenai AMDK yang mengandung mikroba, pihaknya akan bersikap lebih tanggap. "Kami harus aktif lagi mengedukasi konsumen," ujarnya.
Aspadin mengklaim dirinya merangkul hingga 183 perusahaan AMDK yang mencakup sekitar 500 merek. Sebagian besarnya merupakan industri kecil dengan kapasitas sekitar 100 ribu liter per bulan. Sementara, kurang dari 20 perusahaan sisanya masuk kategori industri besar, dan kelas menengah sekitar 40-50 perusahaan.