EKBIS.CO, JAKARTA--Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menyatakan optimis bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi keluaran PT Pertamina (Persero), yakni Pertamax, bisa bersaing dengan BBM yang diproduksi oleh pesaingnya Pertamina, seperti Petronas, Shell dan Total. "Saya optimis (Pertamax) Pertamina bisa bersaing dengan Petronas, Shell dan Total," kata Mustafa saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (10/12).
Seperti diketahui, mulai tahun depan kendaraan pribadi akan dibatasi untuk mengonsumsi BBM subsidi alias premium. Pemerintah mewajibkan pemilik kendaraan pribadi agar menggunakan BBM nonsubdisi seperti Pertamax. Namun, selama ini perusahaan migas yang bermain di bisnis hilir, tidak hanya Pertamina melainkan ada Petronas, Shell dan Total.
Sebelumnya, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh menganggap Pertamina siap untuk menerapkan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi ini dan bersaing dengan perusahaan minyak asing seperti Shell. "Kalau untuk perusahaan nasional belum siap, tentu kami lindungi, tapi untuk di bisnis hilir Pertamina sudah siap," tegasnya.
Terkait akan beralihnya konsumen ke Shell dari Pertamina, Darwin mengatakan, tidak perlu dikhawatirkan. Menurut dia, adanya persaingan antara Pertamina dan SPBU asing seperti Shell dinilai bagus. "Kompetisi bisa tidak bagus kalau perusahaan nasional tidak siap, kalau ditanya apa sudah siapkah Pertamina? Alhamdulilah sudah siap. Pertamina harusnya bisa meningkatkan kapasitas dengan berkompetisi, khususnya hilir Pertamina," kata Darwin.
Sebagai catatan, pada 2010, konsumsi BBM bersubsidi naik menjadi 38 juta kiloliter, di atas jatah APBN 2010 sebanyak 36,5 juta kiloliter. Tanpa pembatasan BBM bersubsidi pada 2011, konsumsi diperkirakan akan meningkat lagi sebanyak 10 persen.
Menyinggung persaingan Pertamina dengan Petronas, belum lama ini, Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, sempat membeberkan alasan kenapa Pertamina kalah jauh dengan Petronas. Menurutnya, perusahaan migas asal Malaysia yang bernama lengkap Petroliam Nasional Berhad, itu lebih banyak melakukan eksplorasi dibanding Pertamina. Jadi, tambah Karen, tidak heran kalau Petronas sudah melanglang jauh melakukan eksplorasi hingga ke Sudan.
"Pertamina memang pernah menjadi gurunya Petronas, tapi kita ketinggalan. Ini karena Pertamina tidak boleh melakukan eksplorasi karena takut berisiko. Sedangkan Petronas sudah eksplorasi ke Sudan," ujar Karen, belum lama ini.
Selama ini, ia menambahkan Pertamina hanyalah dipandang sebagai usaha SPBU dan bukan usaha hulu. Padahal, tegas Karen, sebagai perusahaan migas seharusnya Pertamina lebih mengedepankan usaha hulu dan bukan hilir. "Tapi kami lebih dikenal masyarakat sebagai perusahaan SPBU. Belum lagi, nambah tugas Pertamina sebagai pelaksana PSO (Public Service Obligation), tapi PSO ini juga buat masyarakat, dan concern ke BBM bersubsidi. Kalau tidak ada bisa bubar negara ini," papar Karen.