EKBIS.CO,
LONDON--Sejumlah merk busana terkemuka asal Inggris dituding menerima pasokan busana mereka dari pemasok asal India yang membayar rendah upah buruh jahitnya. Sejumlah merk itu seperti Marks & Spencer, Next, Monsoon, Debenhams, Dorothy Perkins dan Miss Selfridge.
Keenam merk ini dituding mengeksploitasi pekerja di negara berkembang. Demikian laporan LSM War on Want dan Labour Behind the Label, yang dipublikasikan harian the Observer dan Guardian, Ahad (12/12).
"Sejumlah pekerja yang memasok busana ke merk-merk ini melaporkan bahwa mereka mendapat upah kurang dari 60 poundsterling per bulan," demikian isi laporan tersebut.
"Beberapa pekerja bahkan harus menjahit lembur hingga pukul 02.00 dinihari," demikian isi laporan lainnya.
Juru kampanye War on Want menyatakan merk-merk terkenal Inggris tersebut harusnya malu karena mengeksploitasi pekerja di negara berkembang. "Sudah bertahun-tahun praktek ini berlaku. Sudah saatnya pemerintah Inggris turun tangan," katanya.
Sam Maher, juru kampanye Labour Behind the Label, meminta merk-merk terkenal asal Inggris harus menghentikan aksi eksploitasi mereka dan membayar para pekerja di India sesuai dengan gaji yang layak.
Reaksi atas laporan ini beragam. Monsoon menyatakan belum dapat berkomentar karena mereka tidak mengetahui pasti pabrik asal barang-barang mereka. Debenhams dan Mark & Spencer mengatakan mereka serius menanggapi tudingan ini dan akan menindaklanjutinya.
Sementara Arcadia Group, yang memiliki merk Miss Selfridge dan Dorothy Perkins menyatakan akan menangani serius isu gaji pekerja yang layak. Begitu pula merk Next yang menyatakan memahami masalah pekerja busana dan berjanji akan menindaklanjutinya dengan sungguh-sungguh.