Rabu 15 Dec 2010 05:14 WIB

Bank Mandiri Harap 'Untung' dari IPO Garuda

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Djibril Muhammad
Garuda Indonesia
Garuda Indonesia

EKBIS.CO, JAKARTA--Pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia (Persero) awal tahun depan, akan berdampak terhadap pendapatan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di 2011. Pasalnya, saat maskapai pelat merah tersebut melepaskan sahamnya ke publik, secara bersamaan utang Garuda di Bank Mandiri akan dikonversi menjadi 10,61 persen saham.

"Kalau dalam proyeksi kita (utang Garuda) belum masuk. Tapi, tentunya kalau jadi (IPO) nanti jadi bagian dari rencana kita juga. Karena kita ada dua proyeksi. Dari jauh-jauh hari sudah registrasi. Dan kita harapkan bisa segera, jadi bisa masuk (ke pendapatan Bamk Mandiri)," kata Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/12).

Dia menambahkan, mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55 yang baru, collection credit akan menjadi bagian dari pendapatan di tahun yang berjalan. "Hasil dari pada penjualan IPO mereka bisa masuk," ungkap Pahala.

Garuda telah menjalani proses restrukturisasi utangnya kepada Bank Mandiri sejak tahun 2001 lalu. Total kewajiban BUMN penerbangan ini kepada Bank Mandiri mencapai Rp 3,3 triliun. Angka ini termasuk pokok utang dan tingkat pengembalian tahunan yang disepakati.

Munculnya kewajiban Garuda Indonesia kepada Bank Mandiri dimulai dari tahun 1988, yaitu dari Ex legacy Bank Exim, BDN dan BBD yang memberikan beberapa fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) dan Promissory Notes (PN), kesemuanya secara bilateral, dengan total fasilitas sebesar 80 juta dolar AS dan Rp 168,4 miliar, terdiri dari Fasilitas KMK masing-masing sebesar 50 juta dolar AS dan Rp 160,9 miliar, serta fasilitas PN masing-masing sebesar 30 juta dolar AS dan Rp 7,5 miliar.

Terkait dengan restrukturisasi utang Garuda di Bank Mandiri, telah disepakati bahwa utang Garuda di Bank Mandiri sebesar 80 juta dolar AS plus Rp 168,4 miliar atau ekuivalen dengan 103 juta dolar AS dikonversi menjadi Mandatory Convertible Bond (MCB) dalam valuta rupiah, coupon 4 persen, tenor 5 tahun dan IRR 18 persen per annum. Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Akta No. 24 tanggal 14 September 2001 mengenai Perjanjian Perubahan dan Pernyataan Kembali Perjanjian Penerbitan Obligasi Wajib Konversi, dimana nilai realisasi konversi tersebut adalah sebesar Rp 1,018 triliun.

Sementara itu, terkait utang PT Benua Indah Group kepada Bank Mandiri sebesar Rp 480,7 miliar yang terdiri dari utang pokok senilai Rp 240,7 miliar dan sisanya berupa bunga, Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, mengharapkan lelang aset Benua Indah Group yang menjadi debitur Mandiri juga bisa diselesaikan dalam waktu dekat. "Kalau Benua Indah ini kan memang sudah sejak lama bermasalah. Kita mengharapkan bisa selesai dengan segera, pokoknya secepat mungkin," ungkapnya.

Sebelumnya, dikabarkan PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) sempat membidik aset Benua Indah yang dilelang oleh Bank Mandiri. Adapun alasan bank pelat merah ini melelang aset Benua Indah lantaran perusahaan kelapa sawit tersebut tidak mampu melunasi utang korporasinya. GZCO mengincar berupa lahan sawit seluas 13 ribu hektar, serta dua pabrik pengolahan kelapa sawit yang kapasitas produksinya masing-masing sebesar 45 ton per jam. Semua aset Benua Indah itu terletak di Kalimantan Barat.

Sayangnya, keinginan Bank Mandiri untuk melelang aset Benua Indah tersebut menemui kendala. Belum lama ini, Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri, Thomas Arifin, mengatakan, banyak investor yang tadinya berminat mengikuti lelang, akhirnya memilih mengundurkan diri. Dia mengatakan sebelumnya ada enam sampai tujuh investor yang berminat membeli aset Benua Indah.

Melihat kondisi seperti ini, Pahala mengungkapkan Bank Mandiri berharap pelelangan aset Benua Indah ini segera tuntas. "Kan target bulan Juni (2010). Kita mohon dukungannya saja. Kan kalau target sudah lewat, ya sesegera mungkinlah. Dari sisi peminat dan harga kalau bisa langsung," harap Pahala.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement