Jumat 13 May 2011 11:57 WIB

Cuaca Panas, Produksi Getah Karet pun Susut

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Perkebunan Karet (Ilustrasi)
Foto: AGROBISNIS-ONLINE.BLOGSPOT.COM
Perkebunan Karet (Ilustrasi)

EKBIS.CO, KUANTAN SINGINGI - Para petani karet di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, mengeluhkan berkurangnya produksi karet mereka. Penyusutan getah diakibatkan cuaca panas yang telah terjadi dalam tiga pekan terakhir.

"Tidak hanya musim hujan, saat musim panas begini getah karet juga berkurang karena sedikitnya kadar air dalam tanah dan berimbas pula pada getah karet," ujar Riswan salah seorang petani karet dari Desa Saik, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuansing, Jumat (13/5).

Ia mengatakan, akibat cuaca panas batang karet yang ditakiknya menjadi keras dan tidak banyak mengeluarkan getah. Biasanya dalam sepekan dia dapat memanen getah 60-80 kilogram tetapi sejak cuaca panas ini dalam sepekan ia hanya memanen 40-55 kilogram getah.

"Saat cuaca panas dan musim hujan yang berkepanjangan sama-sama merugikan petani karet," ujar Riswan,

Sementara itu, pedagang pengumpul atau tauke getah pun merasakan imbas dari kurangnya hasil panen karet masyarakat. Seperti yang dialami Alpita, seorang tauke karet di Desa Saik, biasanya dalam sepekan dia dapat mengantarkan karet ke pabrik sebanyak 4-6 ton tapi kini hanya 3 - 3,5 ton.

"Harga karet saat ini memang mahal tidak seperti dulu, tetapi produksinya sedikit karena musim panas," katanya. Alpita yang juga kepala desa mengatakan, karet tipe A (kualitas bagus) dibelinya dari masyarakat seharga Rp15.000 per kilogram. Sedangkan harga jualnya ke pabrik Rp17.200 per kilogram.

"Dalam dua pekan ini harga karet masih bertahan. Namun walau harganya mahal tapi produksinya rendah," ujar Alpita. Berkurangnya produksi getah karet juga dikeluhkan warga yang bermukim di daerah perbatasan Riau-Malaysia seperti di Desa Bantan, Kabupaten Bengkalis.

"Harga karet di daerah kami Rp13.000 perkilogram, turun sejak dua pekan lalu. Harga tertinggi kemarin mencapai 20.000 per kilogram," ujar Amat seorang petani karet yang bermukim di Bantan.

Menurut dia, cuaca yang panas sangat merugikan petani selain batang karet tidak bergetah juga rawan kebakaran karena daun-dauan yang kering menumpuk di lahan gambut. "Lahan di daerah kami ini merupakan 'tanah gedang' (lahan gambut), terpercik aja api, alamatlah lenyap kebun karet kami," katanya.

Itu sebabnya, ia bersama warga di kampungnya selalu berjaga-jaga di kawasan kebun mereka agar tidak ada yang membuang rokok sembarangan ataupun menghidupkan api. "Walau pun hasil getah saat ini menurun tetapi kami sangat bergantung dengan tanaman karet kami," ungkap Amat yang mengaku memiliki 2,5 hektar kebun karet.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement