EKBIS.CO, JAMBI - Penggemar kopi Luwak bakal semakin tenang dengan jaminan ketersediaan kopi. Setelah beberapa daerah, seperti Lampung dan Bali, giliran Jambi menyusul mengembangkan produksi jenis kopi termahal di dunia ini.
Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus menyatakan, Pemerintah Provinsi Jambi akan mendorong pengembangan kopi luak. Niat ini muncul, setelah Gubernur melihat dari dekat usaha yang dilakukan oleh Herman Surya, warga Desa Muara Menras, Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, lebih kurang 350 km dari pusat kota Jambi, yang telah berhasil memproduksi kopi luak (kopi musang).
"Saya sangat bangga atas apa yang telah dilakukan oleh Herman. Sebagai seorang pemuda telah berhasil mengembangkan usaha yang belum banyak dilakukan di darahnya, dengan pengetahuan yang didapat dari dunia maya (internet), dan berani mencoba, ternyata membuahkan hasil," kata Gubernur, Senin (13/6).
Walaupun sebelumnya mendapatkan cemoohan dari teman dan tetangganya, lanjut Gubernur, ternyata saat ini sudah banyak teman dan tetangganya yang mengkuti apa yang dilakukan Herman.
Selain itu, dengan kondisi alam Lembah Masurai yang subur dan cocok untuk tanaman kopi dan kualitas kopi yang dihasilkan sangat baik, maka pengembangan usaha kopi luak dapat dilakukan di daerah ini. Bahkan di beberapa daerah di Provinsi Jambi, seperti Kabupaten Kerinci, Kota sungai Penuh, dan Tanjung Jabung.
"Patut kita acungi jempol apa yang dilakukan Herman. Sebagai seorang pemuda telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan, terutama untuk dirinya sendiri, dan tidak terpengaruh dengan mencari pekerjaan yang dianggap sebagian orang bergengsi, yakni menjadi PNS," katanya.
Ternyata, penghasilan dari memproduksi kopi luak lumayan besar. Menurut Herman, seekor luak bisa menghasilkan satu kilogram kopi setiap harinya, dengan harga jual saat ini Rp60 ribu. Degan delapan ekor luak/musang yag dimiliki Herman, maka penghasilannya setiap hari mencapai Rp480 ribu.
Ini harga jual dari Herman, sementara kopi luak yang dihasilkan daerah lain (Medan), sebagaimana disampaikan Herman saat memantau harga melalui internet mencapai Rp150 ribu perkilogramnya, maka penghasilan produsen kopi luak cukup menjanjikan.
"Kendala yang dihadapi Herman saat ini adalah masalah permodalan, pengemasan dan pelatihan guna meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan. Sedangkan soal pemasaran tidak ada masalah," ujar Herman.
Menurut Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Merangin, Fajarma, institusinya sudah mencoba mambantu pamasaran kopi luak yang dihasilkan masyarakat Lembah Masurai. Salah satu cara yang dilakukan yakni membawa contoh lima kilogram ke Batam.
Namun dalam pemasaran ke Batam terkendala masalah pasokan yang harus dipenuhi setiap bulannya. "Inilah yang belum mampu dipenuhi, kalau pasokan ini dapat dipenuhi maka pasarannya sangat bagus, disamping masalah kemasan," ujarnya.
Sehubungan dengan itu Gubernur meminta Herman untuk membentuk kelompok, dan membuat proposal pinjaman untuk diajukan ke Bank. Gubernur berjanji untuk membantu langkah selanjutnya. Sedangkan masalah pengemasan dan pelatihan Gubernur langsung meminta kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk membantunya.
Kopi Luak adalah biji kopi yang diambil dari sisa kotoran musang. Para peneliti di Kanada telah membuktikan bahwa kandungan protein yang terdapat di dalam perut luak menjadikan kopi berfermentasi dan matang lebih sempurna. Jadi rasa yang dihasilkannya pun lebih nikmat dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya.