Rabu 27 Jul 2011 09:48 WIB

APBN Minus Kepemimpinan dan Strategi

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Pengurus Pusat ISEI Didik J Rachbini
Ketua Pengurus Pusat ISEI Didik J Rachbini

EKBIS.CO, JAKARTA - Struktur APBN menunjukkan tidak adanya kepemimpinan dalam menyusun strategi anggaran. APBN menjadi tercabik-cabik untuk kepentingan-kepentingan nonprioritas. Kondisi tersebut membuat APBN dalam posisi lemah, belum lagi diperparah dengan politik transaksional dalam penyusunannya.

Hal itu disampaikan pengamat ekonomi Didik J Rachbini dalam diskusi bertajuk 'APBN Akhirnya ke Laut', Selasa (26/7) malam. "APBN sekarang ini tidak ada kepemimpinan dan tercabik-cabik. ketiadaan kepemimpinan membikin strategi," ujar Didik. 

Di DPR, kata dia, yang ada hanyalah bandit-bandit di setiap sudut seperti pasar loak. Jadi, hal itu membuat APBN tidak ada kepemimpinan, sehingga APBN menjadi kurang efektif sama sekali. Menurut Didik, masalahnya terletak pada politik ekonomi yang sulit untuk diatasi. 

Didik mencontohkan, banyak anggaran yang tak terpakai, baik di pusat maupun daerah. Dalam Rapat Paripurna DPR pada Jumat (22/7), DPR dan pemerintah menyepakati APBNP 2011 setelah melakukan pembahasan satu bulan. 

Pendapatan Negara dan Hibah dalam APBNP 2011 sebesar Rp 1.169,9 triliun. Belanja Negara disepakati sebesar Rp 1.320,7 triliun. Besaran APBNP 2011 ditentukan setelah ada kesempatan asumsi makro.

Pendapatan Negara dan Hibah sebesar Rp 1.169,9 triliun terdiri dari Penerimaan Dalam Negeri sebesar Rp 1.165,2 triliun dan Hibah sebesar Rp 4,66 triliun. Penerimaan perpajakan sebesar Rp 878,7 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 286,6 triliun.

Didik menyoroti selisih realisasi dan Pagu yang sering menyisakan anggaran. "Di pusat Rp 40-50 triliun, di daerah juga saya lihat ada sekitar Rp 60-70 triliun tidak terpakai," kata dia. 

Di tengah kondisi anggaran seperti itu, pemerintah terus berutang tiap tahun, utang dalam negeri Rp 172 triliun, bunganya Rp 34 triliun. Hal itu memperlihatkan APBN tanpa strategi.

Didik mengingatkan, APBN itu terbatas, sehingga harus ada prioritas yang penting untuk menjadi lokomotif. Jika ada prioritas, maka turunan anggaran di bawahnya akan mengikuti. Didik beranalogi, tidak bisa kalau punya air sedikit mau tanam cabai, tanam ini, tanam itu, dan tanaman lain. n ikh

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement