EKBIS.CO, JAKARTA-- Mata uang rupiah Selasa pagi kembali bergerak melemah terhadap dolar AS meski pelemahannya belum signifikan dikarenakan kepercayaan investor asing terhadap kondisi finasial pemerintah.
"Kepanikan pasar global berlanjut hari ini dan rupiah melemah meski tidak signifikan. Namun, Yen pagi ini dibuka menguat terhadap dolar AS, membuka potensi penguatan rupiah untuk hari ini dikarenakan kepercayaan investor asing mengenai kondisi finansial pemerintah masih positif," kata analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih.
Kurs nilai tukar rupiah pada Selasa pagi antarbank Jakarta melemah 40 poin terhadap dolar AS menjadi Rp8.550 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.510. Menurut Lana Soelistianingsih di jakarta, Selasa, kekhawatiran investor global terhadap pasar AS dan Eropa dalam jangka pendek ini masih akan berimbas negatif terhadap pasar Indonesia karena investor cenderung memegang posisi tunai dan "wait and see".
"Namun, dalam jangka menengah atau satu hingga dua bulan mendatang, investor global mulai akan mencari posisi penempatan portofolionya untuk mendulang keuntungan ke 'emerging market' termasuk Indonesia yang justru berimbas pada semakin derasnya modal asing masuk ke pasar Indonesia," katanya.
Ia mengemukakan, saat ini pemerintah Indonesia melalui Menteri BUMN memberikan pernyataan mengenai kesiapan pemerintah mengantisipasi "capital outflow" dengan beberapa pertahanan yakni, dengan menggunakan posisi cadangan devisa yang hingga akhir Juli lalu mencapai 122,6 miliar dolar AS.
Kemudian, lanjut dia, menggunakan kemampuan untuk melakukan pembelian kembali dan menggunakan "bond stabilization fund" dengan kemungkinan penggelontoran dana dari 13 BUMN. "Aksi ini dilakukan ketika investor melepas SUN sehingga penurunan harga bisa ditahan. Keputusan itu merupakan bagian dari keputusan G20 yang melakukan sidang darurat kemarin untuk menyiapkan dana segar yang sewaktu-waktu bisa disuntikkan ke pasar keuangan jika diperlukan," katanya.
Meski demikian, kata dia, upaya pemerintah ini tampaknya belum cukup kuat mengurangi kekhawatiran investor dalam jangka pendek.