EKBIS.CO, JAKARTA-- Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga memperkirakan rupiah masih dalam kisaran antara Rp8.510-Rp8.580 per dolar AS. Ini karena pelaku asing lebih cenderung melakukan konsolidasi akibat krisis global yang masih mengkhawatirkan.
"Pasar global yang masih tak menentu, karena berbagai data ekonomi AS yang muncul cenderung negatif mendorong pelaku asing di pasar domestik lebih hati-hati untuk masuk ke pasar uang," katanya di Jakarta, Senin.
Data penjualan retail AS naik dari 0,3 persen pada Juni menjadi 0,5 persen pada Juli 2011, sedangkan indeks sentimen konsumen AS merosot tajam dari 60,7 persen pada Juni menjadi 54,9 persen Juli 2011.
Edwin Sinaga yang juga anlis PT Finan Corpindo Nusa, mengatakan, posisi rupiah sejak pekan lalu masih berada di atas Rp8.500 per dolar yang terlihat sulit untuk bergerak naik. Rupiah memang sempat mengalami kenaikan, namun penguatanya relatif kecil, karena pelaku asing lebih khawatir dengan krisis di AS, ketimbang fundamental ekonomi makro Indonesia yang cukup bagus, ucapnya.
Meski demikian, lanjut dia peluang rupiah untuk kembali dibawah Rp8.500 per dolar masih ada, karena ekonomi nasional yang terus tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh ekspor dan investasi, serta konsumsi akan makin tumbuh hingga akhir tahun ini, katanya.
Karena itu peluang rupiah untuk naik masih ada, namun penguatan rupiah hingga di bawah Rp8.500 per dolar kurang disukai eksportir. Eksportir akan kesulitan untuk menetapkan harga jual produknya di pasar ekspor, karena rupiah yang terus bergerak naik, ujarnya.
Karena itu, rupiah sepanjang Agustus 2011 masih berada dalam kisaran yang stabil pada Rp8.510 sampai Rp8.580 per dolar, ucapnya.