Jumat 30 Sep 2011 15:33 WIB

Hingga Pertengahan 2012 Perekonomian Indonesia Tangguh

Red: Djibril Muhammad

EKBIS.CO, JAKARTA - Chief Economist Danareksa Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa belum menggangu perekonomian Indonesia hingga pertengahan 2012 dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,6-5,5 persen.

"Saya belum melihat perekonomian Indonesia terganggu. Paling tidak hingga pertengahan tahun 2012 belum terlihat tanda-tanda perlambatan ekonomi," kata Yudhi kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (30/9).

Menurutnya, sejauh ini perekenomian Indonesia masih mampu menghadapi dampak ekonomi global karena didorong tiga faktor yaitu tingkat inflasi yang masih terkendali, suku bunga rendah, dan masih tingginya belanja rumah tangga.

"Inflasi yang masih akan terkendali memberikan gambaran bahwa daya beli masyarakat tidak akan tergerus. Kekuatan ekonomi Indonesia juga dipicu semakin mengecilnya ketergantungan terhadap global," katanya.

Demikian juga angka ekspor Indonesia, di mana hingga Agustus masih mencatat pertumbuhan sekitar 29,06 persen, sedangkan impor sekitar 28 persen, sehingga neraca perdagangan masih cukup tinggi pada kisaran 2,1 miliar dolar AS.

"Yang penting diperhatikan bahwa pertumbuhan ekspor dalam bebarapa bulan terakhir sudah lebih cepat dibanding pertumbuhan impor. Jadi kekhawatiran 'trade balance' akan menjadi negatif kelihatannya belum akan terjadi," ujarnya.

Ia berpendapat sesungguhnya kondisi ekonomi AS belum sepenuhnya melambat terutama hingga akhir 2011, tercermin dari 'leading indicator economic' yang masih naik hingga Agustus, retail sales masih tumbuh tinggi.

"Itu artinya ekonomi AS secara riel sama sekali belum melambat, dan masih ada pertumbuhan meski mengecil," ujarnya.

Secara keseluruhan ditambahkan Yudhi, krisis ekonomi global tidak seburuk 2008-2009. "Kecuali negara-negara Eropa gagal mengisolasi utangnya sehingga mata uangnya hilang dari peredaran, itu baru kita menghadapi resiko yang amat dalam sekali," tegasnya.

Meski demikian, Yudhi mengutarakan semua pihak diharapkan tidak perlu panik namun pemerintah tetap melakukan kebijakan moneter dan fiskal dengan baik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement