EKBIS.CO, BANDUNG -- Indonesia harus lepas dari bayang-bayang impor di dunia peternakan. Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, impor Indonesia di dunia peternakan mencapai Rp 23 triliun rupiah per tahun.
Perinciannya, impor sapi bakalan dan daging sapi mencapai lima triliun rupiah, unggas eksotik yaitu pada bibit, bahan baku pangan, teknologi dan bahan baku penolong lainnya mencapai sebelas triliun rupiah, serta impor susu dalam bentuk bubuk susu dan susu kental manis mencapai tujuh miliar rupiah per tahun.
"Kondisi ini memang tantangan bagi dunia peternakan. Berbagai pendekatan persuasif telah dilakukan pemerintah," kata Syukur saat memberi sambutan pada acara puncak peringatan Hari dan Lahir Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 di Lapangan Pusat Pelayanan Basic Science (PPBS) Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor, Bandung, Rabu (26/9).
Pendekatan tersebut, ujarnya, adalah dengan penyelamatan sapi betina produktif untuk mencapai swasembada daging 2014. Namun, pada kenyataannya, lanjut Syukur, setiap tahun sekira 200 ribu ekor sapi betina produktif dan kerbau produktif dipotong.
Artinya diperlukan suatu restrukturisasi industri dan menjadikan ayam lokal sebagai pilihan utama. "Pasalnya, pilihan ayam lokal baru mencapai empat persen," ujarnya menjelaskan.
Acara itu digelar dalam rangka hari jadi ke-176 tahun Peternakan dan Kesehatan Hewan di Indonesia. Mengangkat tema 'Dengan Semangat Reformasi Birokrasi, Kita Wujudkan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014 dan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH),' kegiatan itu bertujuan sebagai refleksi dari pencapaian kinerja di bidang peternakan selama ini.
Selain itu, terdapat pula kegiatan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa dengan PATANI dan HIMPULI, serta pemberian penghargaan kepada pegawai/aparatur di lingkungan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, perusahaan/instansi/kelompok ternak, serta media/pengamat peternakan.