EKBIS.CO, JAKARTA – Transaksi perdagangan internasional dengan mata uang yuan (renminbi) di Bank Rakyat Indonesia (BRI) melonjak setelah adanya krisis ekonomi di Eropa.
Para eksportir mulai menyasar Cina sebagai negara tujuan ekspor. Outstanding renminbi BRI hingga September 2012 mencapai equivalen 400 juta dolar AS.
General Manager International Business Division BRI, Isnen Sutopo, mengatakan nilai outstanding tersebut tumbuh 25-30 persen dari periode yang sama tahun lalu.
"Sekarang renminbi menjadi mata uang asing kedua terbesar setelah dolar Amerika Serikat," ujarnya, di Jakarta, Selasa (16/10).
Pertumbuhan renminbi dipicu pengalihan tujuan ekspor dari Eropa ke Cina. Isnen mengatakan eksportir sudah mengalihkan negara tujuan ekspor ke Cina, Hongkong, dan Singapura. Meski demikian, mata uang untuk transaksi perdagangan melalui BRI masih didominasi dolar AS.
Nilai transaksi perdagangan internasional untuk ekspor melalui BRI telah mencapai Rp 8-9 miliar dolar AS pada September 2012. Jumlah itu naik 160 persen dari periode yang sama sebelumnya. Sementara, nilai transaksi impor mencapai 10-11 miliar dolar AS, naik 140 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Transaksi perdagangan internasional melalui BRI sebagian besar dilakukan di sektor industri kertas, minyak sawit, tekstil, dan makanan laut. BRI menarget nilai transaksi ekspor mencapai 9 miliar dolar AS dan impor. 12 miliar dolar AS pada akhir tahun. Nilai transaksi impor lebih tinggi, kata Isnen, lantaran BRI banyak melayani BUMN.
Isnen mengatakan eksportir yang memilih transaksi perdagangan dengan letter of credit (LC) masih belum mendominasi. Perdagangan non LC masih mencapai 60 persen dari total volume. "LC masih dianggap butuh banyak biaya tambahan padahal lebih aman," ujarnya.