EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri asuransi syariah Manulife Financial Indonesia berkontribusi 5 persen terhadap total kinerja perusahaan. Total pangsa pasar ini diperoleh dari bisnis agen.
"Manulife Syariah belum masuk ke bank, sehingga pangsa pasar yang ada baru berasal dari agen," kata Vice President Director dan Head Employee Benefit and Sharia Business, Nelly Husnayati, dalam pemaparan kinerja kuartal ketiga Manulife Financial di Jakarta, Kamis (29/11).
Manulife mengizinkan seluruh agennya menjual produk syariah. Sampai September, agen Manulife mencapai 8.920 agen. Perusahaan menargetkan di akhir tahun ini agen bisa mencapai angka 10 ribu orang.
Hingga September 2012 perusahaan telah memperoleh premi syariah sebesar Rp 25 miliar. Nilai ini meningkat 52,34 persen dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 16,4 miliar. Sedangkan untuk pendapatan premi baru di Manulife Syariah mencapai Rp 11 miliar. Premi baru ini meningkat sekitar 40 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu.
Sejauh ini perusahaan baru menjual satu produk syariah, yaitu Berkah Savelink. Namun Nelly mengungkapkan ke depan perusahaan akan terus mendorong pertumbuhan dan penambahan produk syariah. Hal ini menjadi salah satu persiapan perusahaan jelang spin off pada 2014.
Selain penambahan produk syariah, perusahaan juga akan mendorong penjualan produk syariah melalui perbankan. Saat ini produk yang ada baru dijual melalui agen. Namun Nelly enggan mengatakan bank yang akan menjalin kerja sama dengan Manulife Syariah karena seluruhnya masih dalam proses penyelesaian.
Terkait spin off, dalam dua tahun ke depan perusahaan akan menambah modal untuk memenuhi ketentuan regulator, yaitu Rp 50 miliar. "Modal kami saat ini Rp 25 miliar, tapi kami akan sampai ke Rp 50 miliar dalam dua tahun ke depan," ujar Nelly.
Secara umum Manulife telah mencapai total premi Rp 5,61 triliun hingga kuartal ketiga tahun ini. Premi baru perusahaan tumbuh 24 persen dari Rp 822 miliar menjadi Rp 1,02 triliun. Total dana kelolaan yang terkait bisnis asuransi jiwa meningkat 29 persen menjadi Rp 28,1 triliun. Perusahaan menjaga rasio kesehatan modal di angka 275,43 persen.