Kamis 07 Mar 2013 16:26 WIB

Cadangan Devisa Indonesia Turun

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
cadangan devisa, ilustrasi
cadangan devisa, ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Cadangan devisa (cadev) pemerintah hingga Februari 2013 mencapai 105,2 miliar dolar AS. Jumlah ini sedikit turun dari posisi cadangan devisa 112,78 miliar dolar AS pada Januari 2013.

Direktur Grup Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI), Difi A Johansyah mengatakan jumlah cadangan devisa ini setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. "Cadev masih aman juga karena defisit transaksi berjalan yang cenderung menurun pada kuartal I 2013," katanya di Jakarta, Kamis (7/3).

Defisit transksi berjalan menurun karena didukung ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor non migas diperkirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai.

Di sisi lain, kata Difi, arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio, diperkirakan masih cukup tinggi di tengah masih besarnya kebutuhan likuiditas valuta asing(valas) domestik. Di antaranya untuk keperluan impor migas.

BI memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal I 2013 akan tumbuh sesuai perkiraan, yaitu 6,2 persen, didukung kuatnya permintaan domestik. Konsumsi tumbuh cukup kuat sejalan keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat membaik. Berbagai indikator menunjukkan moderasi pertumbuhan investasi khususnya pada investasi non bangunan di tengah investasi sektor bangunan masih cukup kuat.

Indikasi moderasi ini juga terlihat pada melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Difi menjelaskan, kinerja ekspor ke berbagai negara mitra dagang utama, khususnya Cina, Amerika Serikat, dan India juga diperkirakan membaik.

Secara keseluruhan di 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada kuartal sebelumnya dan juga pengeluaran untuk persiapan pemilihan umum 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan cenderung mengarah ke batas bawah, di kisaran 6,3 persen hingga 6,8 persen.

Kinerja industri perbankan yang solid juga terlihat dari tingginya rasio kecukupan modal (CAR) yang jauh di atas minimum delapan persen. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross juga terjaga di bawah lima persen. Pertumbuhan kredit hingga akhir Januari 2013 mencapai 23 persen. Penyaluran kredit perbankan hingga Januari 2013 mencapai Rp 2.705 triliun, lebih tinggi dari Rp 2.200 triliun pada Januari 2012.

Kredit modal kerja dan kredit investasi masih tumbuh tinggi. Masing-masingnya 24 persen yoy dan 25 persen yoy. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 19,8 persen yoy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement