EKBIS.CO, JAKARTA -- Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 2013 diprediksi akan menembus 52 juta hingga 53 juta kiloliter (KL). Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jum'at (8/3).
Menurut Bambang, berkaca pada 2012 silam, kala itu kuota BBM bersubsidi melonjak dari 40 juta KL pada awal tahun menjadi 46 juta KL menjelang tutup tahun. Dengan demikian, jika mengacu pada kuota BBM bersubsidi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 yang mencapai 46 juta KL, terdapat potensi lonjakan komsumsi ke titik 50 juta hingga 51 juta KL.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil serta disparitas harga yang berdampak pada migrasi pengguna BBM nonsubsidi ke BBM bersubsidi akan mengakibatkan lonjakan konsumsi. "Jadi, bisa saja itu nanti bisa menyentuh 52 juta sampai 53 juta kl," tutur Bambang.
Terkait dampaknya untuk anggaran, Bambang mengaku BKF sedang mengkaji opsi-opsi yang dapat dilakukan. Satu hal yang pasti, pengendalian konsumsi BBM bersubsidi oleh instansi terkait harus dilakukan secara tegas pada tahun ini. "Makanya kita ingin melihat kombinasi harga dan nonharga," ujar Bambang.
Sebagai catatan, dalam APBN 2013, anggaran untuk subsidi BBM mencapai Rp 193,8 triliun. Pada APBN-P 2012, realisasi subsidi BBM melonjak menjadi Rp 211,9 triliun atau melebihi pagu yang ditetapkan yaitu Rp 137,5 triliun.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, penambahan kuota BBM bersubsidi sebesar satu juta KL, konsekuensinya adalah anggaran subsidi akan bertambah Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan konsumsi BBM bersubsidi akan mencapai 48 juta hingga 53 juta KL jika tidak ada kebijakan yang memadai untuk mengendalikan konsumsinya. Kondisi itu akan membuat belanja subsidi meningkat dan akan mengganggu kesehatan fiskal.