Senin 11 Mar 2013 15:53 WIB

Triwulan II Harga Bawang Diprediksi Turun

Red: Nidia Zuraya
Bawang merah (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Bawang merah (ilustrasi)

EKBIS.CO, TEMANGGUNG -- Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengatakan harga bawang yang cukup tinggi saat ini diprediksi akan berangsur turun saat memasuki triwulan II.

"Sekarang harga masih tinggi. Tunggu deflasinya, akan turun harganya di triwulan II. Kondisi itu biasa siklus tahunan, bukan sesuatu yang luar biasa," katanya usai meninjau stan pameran pada Festival Hortikultura Jateng di Soropadan Kabupaten Temanggung, Senin (11/3).

Harga bawang merah di pasaran saat ini mencapai Rp 40 ribu per kilogram dan bawang putih Rp 60 ribu per kilogram. Hasanuddin mengatakan harga bawang putih pada dasarnya juga memengaruhi harga bawang merah. Harga bawang merah pada triwulan I sesungguhnya secara rutin akan naik karena petani biasanya menghindari risiko kegagalan kalau bertanam pada triwulan IV, karena bulan basah, banyak hujan.

Ia menjelaskan petani biasanya hanya menanam di lahan tertentu yang curah hujannya tidak terlalu berat dan genangan airnya bisa dikendalikan. "Pada triwulan IV biasa luas areal tanaman bawang merah sangat kecil. Setiap tahun bisa diteliti dengan data harga di BPS, triwulan I setiap tahun harga pasti naik, tetapi nanti triwulan II akan turun. Jadi jangan panik, ini kejadian biasa, namun demikian memang ada keterlambatan bawang putih," paparnya.

Ia menjelaskan karena pelaku impor juga saling rebut, semula importir cuma sedikit, dengan adanya kebijakan baru semua orang mau mengimpor. Ia berharap masyarakat tidak dibuat panik, tidak ada masalah karena bawang ini tanaman semusim.

Selama ini, lanjut Hasanuddin, ada pengaturan waktu impor, kapan boleh masuk dan kapan tidak boleh masuk. "Boleh masuk kalau petani tidak sedang panen raya, seperti bulan dua hingga enam akan memasukkan bawang, tetapi bulan tujuh saat panen besar di sentra bawang maka impor disetop. Kalau tidak nanti harganya akan jeblok, kasihan petaninya yang sudah investasi satu hektare bisa Rp 60 juta," terangnya.

Menurut dia, importir sudah tahu diri menghitung dan sudah hafal kapan petani panen. "Jadi pada saat petani punya barang jangan impor. Jangan segalanya diselesaikan dengan impor, pengusaha harus ikut tanam, investasi di petani," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement