Selasa 26 Mar 2013 19:02 WIB

Pemerintah Diminta Mengatur Pola Produksi Cabai

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Djibril Muhammad
Pedagang  cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/3).   (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pedagang cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

EKBIS.CO, BOGOR TENGAH -- Pemerintah Pusat diminta untuk memperbaiki manajemen pola produksi dari tanaman cabai. Hal ini demi mengatasi fluktuasi harga cabai yang tiap tahun hampir pasti terjadi.

"Selama ini Pemerintah lebih memperhatikan saat harga cabai naik, padahal di bulan-bulan tertentu harga cabai juga sempat turun. Pada saat itu yang paling menderita justru petani," kata Peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, M Syukur, dalam diskusi umum 'Mengatasi Fluktuasi Harga Cabai.'

Syukur menambahkan, sebenarnya fluktuasi harga cabai memiliki ritme sendiri. Pada Desember, Januari, dan Februari, hampir bisa dipastikan harga naik. Sementara pada pertengahan tahun, harga cenderun turun karena pasokan dari petani cukup tinggi.

Ritme ini, kata Syukur, sudah dikaji sejak 2008 hingga 2010. "Ritmenya sudah ada seperti itu, tapi tidak ada upaya antisipasi dari Pemerintah," kata Syukur.

Untuk itu, pemerintah diharapkan bisa mengatur pola produksi tanaman cabai. Salah satunya adalah dengan melakukan pemetaan wilayah produksi cabai. Dengan memperhatikan tingkat curah hujan, sebaiknya lahan produksi cabai tidak terpusat di satu wilayah saja. 

Lahan produksi cabai harus disebar. Jadi apabila satu wilayah, seperti Pulau Jawa, tidak bisa memenuhi kebutuhan, maka tempat lain bisa menggantikan pasokan cabai dari Pulau Jawa.

Syukur mencatat, sebenarnya pemerintah tidak perlu melakukan impor cabai. Berdasarkan data, jumlah pasokan cabai dalam setahun mencapai 1,3 sampai 1,9 juta ton per tahun. Sementara kebutuhannya sebesar 1,12 juta ton.

"Selisih ini bisa ditutupi dengan perbaikan di pola produksi, pola konsumsi masyarakat, dan kebijakan pemerintah," ujar peneliti yang telah berhasil mengembangkan 18 varietas baru tanaman cabai tersebut.

Terkait kenaikan harga cabai, khususnya cabai rawit merah, Syukur menjelaskan, kenaikan itu lantaran pasokan ke pasar berkurang sekitar 15 persen. Sementara 30 persen sudah diambil untuk industri. "Cabai rawit merah memang banyak digunakan oleh industri-industri pengolahan makanan," tuturnya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement