Rabu 01 May 2013 13:22 WIB

Ekonom: Dampak Inflasi Akibat Kenaikan BBM Harus Diperhatikan

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
BBM Bersubsidi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
BBM Bersubsidi (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman, mengatakan secara umum deflasi April 2013 didorong oleh bahan makanan dan emas perhiasan. Kontribusi bahan makanan, kata Juniman, didukung oleh panen raya padi di sejumlah daerah serta dibukanya keran impor hortikultura dan daging sapi. 

"Walaupun kita mengetahui harga hortikultura dan daging sapi belum sesuai harapan.  Tapi penurunan harga keduanya tentu membutuhkan waktu," kata Juniman kepada ROL, Rabu (1/5).

 

Sementara harga emas internasional yang mengalami penurunan dikatakan Juniman berdampak kepada harga emas domestik. Ia menjelaskan, yang harus dicermati saat ini adalah dampak inflasi akibat kebijakan terkait bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga BBM tentu akan berdampak pada kenaikan inflasi.

Menurut perhitungan tim ekonom BII, setiap kenaikan 10 persen per liter, inflasi tambahannya 0,7 hingga 0,8 persen.  Juniman mencontohkan, apabila harga BBM naik sebesar 33 persen atau menjadi Rp 6.000 per liter, tambahan inflasi sekitar 2,3 sampai 2,6 persen. Kemudian inflasi sampai akhir tahun akan melonjak dari 5,3 persen menjadi 7,6 hingga 7,9 persen. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan upaya mencegah lonjakan inflasi akibat kenaikan harga BBM.

Pemerintah, kata Juniman, perlu menjaga harga barang dan jasa di level konsumen. Impor besar-besaran untuk komoditas hortikultura dan daging dimungkinkan dengan tujuan menjaga tingkat inflasi agar tetap rendah. "Sehingga kalau harga BBM naik Juni nanti bisa dikendalikan dampaknya ke inflasi," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement