Kamis 23 May 2013 18:13 WIB

Oposisi Pesimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Penuhi Target

Rep: Muhammad Iqbal / Red: A.Syalaby Ichsan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Oposisi mengkritisi rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah dalam pokok-pokok pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014.  

Meskipun demikian, seluruh fraksi sepakat untuk membawa pokok-pokok pembicaraan pendahuluan RAPBN 2014 ke tahapan selanjutnya.

Juru bicara Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat Ferdinand Sampurna Jaya menilai rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah sebesar 6,4 sampai 6,9 persen masih lebih tinggi dari realita yang ada.  "Dan terlalu optimistis," kata Ferdinand di Rapat Paripurna di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (23/5).

Menurut Ferdinand, Fraksi Hanura menilai pertumbuhan ekonomi sulit untuk tumbuh lebih tinggi mengingat perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih.  Walaupun dari sisi domestik, konsumsi rumah tangga dan investasi masih relatif baik, ada gejala perlambatan.

"Moderatnya 6,1 hingga 6,5 persen," ujar Ferdinand.  Senada dengan Ferdinand, juru bicara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sayed Muhammad menilai rentang pertumbuhan 6,4 sampai 6,9 persen merupakan angka yang terlalu optimistis.

Apalagi, kata Sayed, jika berkaca pada RAPBNP 2013, pertumbuhan ekonomi justru dikoreksi oleh pemerintah.  Sebagai catatan, dalam RAPBNP 2013, pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari asumsi awal 6,8 persen menjadi 6,2 persen.

Sedangkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada APBNP 2012 sebesar 6,23 persen dari target semula 6,5 persen.  

Juru bicara Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Fary Djemi Francis menilai rentang pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah akan lebih bermakna jika sasaran progrowth, projob dan propoor yang didengungkan pemerintah terbukti.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement