EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Senior Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan terus menaikkan bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi rate) hingga 100 basis poin sampai akhir 2013, untuk menahan ekspektasi peningkatan inflasi.
"Saya memperkirakan akan naik kembali 75 basis poin hingga akhir 2013 sehingga totalnya tahun ini naik 100 basis poin, atau sedikitnya naik lagi 25 basis poin menjadi 4,50 persen," kata Fauzi dalam diskusi bertema Tinjauan Ekonomi Indonesia 2013 terkait persepsi pasar terhadap melemahnya fundamental ekonomi di Jakarta, Kamis (13/6). Ia menyebutkan BI pada Rabu (12/6) sudah menaikkan bunga Fasbi 25 basis poin dari empat persen menjadi 4,25 persen.
Fauzi menambahkan dampak dari kenaikan bunga Fasbi sama dengan pengaruh kenaikan BI rate, namun langkah itu lebih aman secara politis. Hal itu pula yang menurut dia melatarbelakangi proyeksi bahwa BI akan terus menahan suku bunga acuan (BI rate) 5,75 persen hingga akhir 2013.
Dia mengatakan kenaikan bunga Fasbi dilakukan untuk menahan laju inflasi imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, serta untuk membuat nilai tukar rupiah lebih menarik. "Perhitungan BI menaikkan bunga Fasbi karena banyak relevansinya ke pasar uang. Bunga Fasbi harus naik untuk memaksa bank menjual dolar ke rupiah," kata dia.
Menurut Fauzi, anggapan lambannya BI menaikkan bunga Fasbi, atau kenaikannya dilakukan justru saat rupiah hampir menyentuh Rp 10 ribu per dolar AS, disebabkan Dewan Gubernur BI memiliki komitmen terhadap DPR untuk menjaga suku bunga di level rendah. Sehingga kenaikannya baru dilakukan saat kondisi rupiah sudah di ambang batas.
Sebelumnya BI memutuskan menaikkan bunga Fasbi sebesar 25 basis poin, dari empat persen menjadi 4,25 persen. Fasbi merupakan fasilitas simpanan yang dikeluarkan BI bagi perbankan untuk menyimpan dana-dananya. Menurut BI langkah itu untuk merespon perkembangan ekonomi secara umum, termasuk pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini.