EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Muamalat melakukan transformasi sistem core banking menggunakan sistem dari Oracle, Flexcube. Direktur Ritel Bank Muamalat Adrian A Gunadi menargetkan pertumbuhan fee based income (FBI) sebesar 40 persen.
"Dengan ini diharapkan jaringan e-channel Bank Muamalat bisa meningkatkan fee based sebesar 40 persen," ujar Adrian saat ditemui wartawan di Jakarta, Rabu (18/7) malam. Per Juni 2013 total fee based Muamalat mencapai Rp 30 miliar.
Adrian mengungkapkan in merupakan infrastruktur yang diperlukan perseroan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan konsisten 30 persen. Sebelum menggunakan sistem ini, Muamalat melakukan banyak proses secara manual sehingga memerlukan waktu yang sangat lama. Dengan sistem core banking yang baru, perseroan bisa menghemat waktu dan kerja setiap kantor cabang lebih optimal.
Sistem ini telah dimulai sejak 2010. Namun baru pada 2012 Muamalat menerapkan proyek tersebut di seluruh fungsi operasional perseroan. Implementasi pertama diterapkan di treasury dan trade finance.
Direktur Keuangan Bank Muamalat Hendiarto mengatakan core banking ini merupakan investasi terbesar yang pernah perseroan keluarkan untuk meningkatkan kinerja. "Investasi untuk core banking ini lebih dari 10 juta dolar AS," ujar Hendiarto. Investasi tidak hanya untuk pemasangan proyek saja, tetapi juga implementasi dengan berbagai fitur. Sehingga investasi besar tersebut ditutupi dengan kualitas perbankan yang lebih baik.
Melalui sistem ini perseroan dapat membuat operasional lebih terintegasi dari kantor pusat ke seluruh kantor cabang. Diharapkan dengan sistem yang baru ini Bank Muamalat akan lebih mudah dalam mengembangkan produk-produk baru.
Per Juni 2012 perseroan telah membukukan aset sebesar Rp 47,9 triliun. Aset perseroan tumbuh 40 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan perseroan adalah sebesar Rp 37 triliun. Sekitar 39 persen merupakan kassa sedangkan sisanya deposito.
Hingga akhir semester pertama perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 38,1 triliun. Sekitar 57 persen disalurkan ke sektor ritel. Sisanya korporasi.