Kamis 08 Aug 2013 16:24 WIB

Harga Daging Tinggi karena Pedagang Ingin Untung

Rep: Esthi Maharani/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas melakukan pengecekan kondisi daging sapi.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Petugas melakukan pengecekan kondisi daging sapi. (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamukti menilai harga daging sapi yang masih tinggi karena para pedagang ingin meraup untung.

Sebab, jika dilihat dari 'suplay' dan 'demand' seharusnya tidak ada masalah. "Jadi, sebenarnya, kalau dlihat dari 'suplay and demand' harusnya barangnya dalam 3-4 hari ke depan tidak ada kelangkaan. Kita catat, itu lebih merupakan profit taking dari pedagang,” katanya, Kamis (8/8).

Ia menjelaskan, pemerintah sudah membuka kran impor sebanyak delapan ribu ton daging. Ia mengatakan dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH), terjadi kenaikan luar biasa. Pada lima hari sebelum Lebaran, jumlah sapi yang dipotong bisa naik 2,5 kali lipat dibandingkan dua pekan sebelum Lebaran.

Yang juga menarik, lanjutnya, sapi lokal yang dipotong juga mengalami kenaikan. Jadi, seharusnya ketersediaan daging cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat. Namun, kenyataannya berbeda.

"Seharusnya dari RPH bisa Rp 80-81 ribu. Kalau sudah diritel Rp 86-87 ribu atau sampai Rp 90 ribu. Jadi kalau sampai Rp 120 ribu, itu profit taking,” katanya.

Dengan kondisi seperti itu, kata Bayu, pemerintah tidak bisa mengambil langkah tertentu. Sebab, fenomena yang sama selalu berulang yakni H-2 lebaran, masyarakat pasti belanja dan hal itu dimanfaatkan para pedagang.

Ia menegaskan kran impor daging sapi hanya sampai dua pekan setelah Lebaran. Setelah itu, pemerintah akan melihat perkembangan di pasar dan secara menyeluruh.

"Kita ingin buat menyeluruh, seluruh sistemnya. Jadi bukan hanya untuk meredakan saat lebaran tapi harus berpikir 2014-nya, bagaimana kan berarti nanti kita pikirkan September, Oktober, November, sampai Desember nanti bagaimana," papar Bayu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement