EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) berkurang dari 6,6 miliar dolar AS (Rp66 triliun) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,5 miliar dolar AS (Rp 25 triliun) pada triwulan kedua 2013. "Bauran kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia, didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang pembiayaan fiskal, berhasil mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam siaran pers di laman BI, Jakarta, Senin (19/8).
Agus menjelaskan bahwa penurunan defisit NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang relatif cukup besar. Di sisi lain, sesuai dengan pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat daripada triwulan sebelumnya. Sejalan dengan NPI yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi 98,1 miliar dolar AS (Rp 981 triliun).
Kendati demikian, kata dia, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,1 bulan yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional. Faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan mendorong kenaikan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan meningkat dari 5,8 miliar dolar AS (Rp 58 triliun) atau 2,6 persen dari PDB pada triwulan sebelumnya menjadi 9,8 miliar dolar AS (Rp 98 triliun) atau sekitar 4,4 persen dari PDB pada Triwulan II-2013 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan.
Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan konsumsi domestik pada Triwulan II yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada Triwulan I. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor nonmigas tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung menurun akibat perekonomian Cina yang melambat.
Defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Sementara itu, neraca perdagangan migas masih defisit tetapi berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya.