EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis neraca transaksi berjalan akan membaik pada semester II-2013. Perbaikan akan didorong oleh pemulihan kondisi ekonomi global sehingga mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional. "Fokus kita bagaimana melakukan adjustment dari current account deficit (defisit transaksi berjalan) kita agar lebih sustainable," ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, Senin (19/8) malam.
Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2013 meningkat menjadi 9,8 miliar dolar AS atau 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Padahal, defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2013 hanya 2,6 persen dari PDB. Defisit transaksi berjalan salah satunya disebabkan oleh penurunan ekspor. Ekspor pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 45,6 miliar dolar AS, turun 4 persen yoy dari triwulan I-2012.
Perry mengatakan pada semester II-2013 akan terjadi pemulihan ekonomi global yang diikuti peningkatan harga komoditi global. "Diharapkan dapat mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional," ujarnya.
Impor diharapkan dapat menurun. Tren perlambatan ekonomi domestik serta perkembangan nilai tukar rupiah yang melemah diprakirakan akan dapat mengendalikan impor menjadi lebih rendah. "Impor nonmigas turun karena pertumbuhan ekonomi juga slowing down," ucap Perry.
Selain itu, impor minyak diharapkan juga akan menurun antara lain dipengaruhi dampak positif kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 dan pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik.
Lebih lanjut Perry menuturkan prospek penurunan defisit neraca transaksi berjalan diharapkan dapat semakin mendukung prospek kesinambungan keseimbangan eksternal karena defisit transaksi berjalan dapat dibiayai secara memadai oleh penanaman modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio. Perbaikan neraca pembayaran pada triwulan II-2013 salah satunya memang berasal dari meningkatnya arus masuk investasi langsung asing (PMA).
Sementara itu, Perry mengatakan bahwa BI memprediksi defisit transaksi berjalan pada triwulan III akan jauh lebih rendah. BI perkirakan defisit akan turun menjadi 2,7 persen dari PDB.