EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Univ Sultan Ageng Tirtayasa Banten , Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar As bisa dijadikan momentum untuk melakukan substitusi impor.
"Terutama bagi industri industri yang bahan bakunya berbasis impor, pemerintah bisa mendorong dan memfasilitasi industri untuk melakukan substitusi impor dalam jangka panjang," ujar Dahnil kepada ROL, Kamis (22/8).
Menurut dia, memang upaya itu tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek, namun melemahnya nilai tukar rupiah jangan sakedar diratapi. "Justru harus digunakan sebagai lompatan untuk melakukan substitusi impor komoditi dan produk yang selama Ini di impor dari luar negeri,'' tuturnya.
Dahnil mengungkapkan, selama ini bahan baku komoditas kedelai, gandum, dan lainnya, juga produk produk mesin pabrik berkapasitas besar semua diimpor. ''Ini momentum semua yang diimpor itu diproduksi dan dibuat sendiri di dalam negeri.''
Ketimbang meratapi pelemahan rupiah, kata dia, pemerintah harus mendorong eksport lebih besar. Upaya itu akan sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia.
"Sekaligus juga secara alamiah akan memberikan dampak terhadap nilai rupiah serta neraca pembayaran Indonesia kedepan, maka halangan-halangan tarif bea keluar seperti bea keluar CPO yang tinggi harus diturunkan,sehingga kuantitas eksport bisa ditingkatkan."
Menurut Dahnil, model kebijakan itu bisa mendorong normalisasi rupiah, karena permasalahan pelemahan rupiah disebabkan permasalahan fundamental ekonomi tersebut.