EKBIS.CO, COLOMBO -- Sebanyak 25 persen nasabah bank syariah di Sri Lanka adalah non Muslim. Keunikan keuangan syariah dalam hal keadilan, pendekatan berbasis aset dan penolakan terhadap bunga membuatnya semakin populer di mata dunia, tidak hanya nasabah Muslim tapi juga non-Muslim.
Saat ini Sri Lanka memiliki empat lembaga yang menawarkan instrumen perbankan syariah, empat bank yang telah membuka jendela pembiayaan syariah dan satu perusahaan asuransi syariah. Mengingat letaknya yang geografis, Sri Lanka dinilai memiliki potensi luar biasa untuk menarik arus keuangan syariah dari Timur Tengah.
Chief Executive Officer (CEO) Bank Amana Ltd, Faizal Salieh mengatakan permintaan untuk layanan keuangan syariah terus meningkat. Meski begitu, beberapa masalah dan tantangan masih harus dihadapi sektor keuangan syariah Sri Lanka.
"Produk yang ditawarkan harus dikembangkan lebih lanjut, misalnya dalam sektor pertanian. Negara harus terintegrasi dengan kerangka keuangan syariah," ujarnya seperti dikutip The Nation, baru-baru ini. Salieh menyebut regulator harus berkomunikasi dengan stakeholder keuangan syariah demi terwujudnya harmonisasi produk antara sistem ekonomi Sri Lanka dan prinsip syariah.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal mengatakan perbankan dan sektor ekonomi Sri Lanka harus menyambut fitur segar dan instrumen seperti keuangan syariah dalam rangka mencapai dan mempertahankan target pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Sri Lanka adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan Asia. Dalam rangka mempertahankan momentum ini, perekonomian negara membuka kesempatan untuk para investor baru.