EKBIS.CO, JAKARTA -- Di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kondisi ekonomi makro yang tidak stabil, BNI Syariah akan mengerem pembiayaan ke sektor komersial. Direktur Bisnis BNIS Imam T Saptono mengungkapkan perseroan akan meningkatkan pembiayaan di sektor produktif.
"Yang kita kurangi porsinya mungkin di sektor komersial menjadi 15-16 persen dari total pembiayaan," ujar Imam di sela-sela penyerahan hadiah Cahaya Rezeki Hasanah di Jakarta, Rabu (11/9).
Hingga Agustus 2013, BNI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 10,16 triliun. Sekitar 18-20 persen disalurkan ke sektor komersil dan sisanya ke ritel. Perseroan juga akan memperhatikan sektor yang rawan dengan kondisi makro saat ini, seperti sektor konstruksi, pertambangan, dan sektor yang terimbas valuta asing.
BNI Syariah masih akan menggenjot sektor mikro dan usaha kecil dan menengah (UKM). Selain itu perseroan juga akan mendorong pembiayaan di sektor griya, khususnya rumah pertama.
Imam menambahkan pembiayaan di semester kedua tumbuh melambat. Namun hal itu tidak berarti tidak mencapai target. Pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah sejak awal tahun hingga Agustus 2013 cukup tinggi, yaitu 63 persen. Hal ini karena perseroan menerapkan sistem ekspansi yang agresif di awal tahun. Sehingga di semester kedua pertumbuhannya tidak secepat semester pertama.
Pembiayaan sektor ritel BNI Syariah hingga Agustus tercatat sebesar Rp 8,02 triliun atau tumbuh 59 persen. Pembiayaan tertinggi disalurkan ke griya hasanah, yaitu sebesar Rp 4,38 triliun. Sisanya disalurkan ke talangan haji sebesar Rp 894,1 miliar, wirausaha Rp 856,3 miliar, tunas usaha Rp 94,4 miliar dan pembiayaan lainnya Rp 1,79 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun adalah Rp 11,26 triliun. Porsi terbesar adalah deposito sebesar Rp 4,8 triliun dan tabungan Rp 4,4 triliun. Sisanya dihimpun di giro.
Di kondisi yang kurang stabil saat ini, Imam mengungkapkan perseroan perlu mencari DPK jangka panjang untuk menjaga likuiditas. DPK jangka panjang ini dapat diraih dari penerbitan sukuk dan diversifikasi dana haji atau institusi.
Imam mencontohkan Malaysia yang mendorong dana institusi di perbankan syariah. "Ini bisa jadi triger pemerintah untuk dana institusi ke bank syariah," kata Imam.
Sayangnya belum semua dana institusi pemerintah yang berani menyimpan dananya bank syariah. Pasalnya banyak yang belum terbiasa dengan imbal hasil yang fluktuatif.