EKBIS.CO, DUBAI -- Ambisi Dubai menjadi ibu kota ekonomi Islam terbesar dapat dimaklumi. Pasalnya perekonomian Islam lebih dari sekadar keuangan syariah, tetapi juga mencakup industri makanan halal yang merupakan industri multi miliar dolar dan berdampak signifikan pada perdagangan dunia.
Dubai berpotensi memainkan peran yang jauh lebih signifikan. Dengan jumlah 1,6 miliar umat Islam di seluruh dunia, perusahaan-perusahaan di sektor tersebut mulai beroperasi dari makanan halal hingga mode busana Muslim. Pasar konsumen produk-produk Islami mencapai 4,8 triliun dolar AS.
"Namun itu bukanlah pasar homogen yang mudah diakses karena banyaknya standar, preferensi budaya lokal dan ekonomi manufaktur," ujar Kepala Pasar Modal Syariah Global Thomson Reuters, Sayd Farook, seperti dikutip Gulf News, beberapa waktu lalu. Peraturan makanan halal diatur oleh lebih dari 300 badan sertifikasi berbeda di seluruh dunia.
Farook mengatakan aset strategis Dubai dalam menempatkan posisi global, secara cepat mengubah lanskap perdagangan produk halal melalui tentakel berbasis perdagangan dan memicu potensi ekonomi Islam. Sebagai contoh pada pengelolaan bandar udara. Operator bandara milik Dubai, DP World telah mengontrol lebih dari 65 terminal di enam benua termasuk di India, Afrika, Eropa, Amerika Selatan dan Timur Tengah.
Di Uni Emirat Arab (UEA) sendiri, DP World mengoperasikan empat pelabuhan yang mengelola kapasitas terbesar di dunia Islam. Ekspansi tahun ini telah menghasilkan penambahan kapasitas secara signifikan akan terus bertambah di 2014.
Dubai International menduduki peringkat keenam sebagai bandara kargo tersibuk di dunia pada 2012 dan menangani 2,26 juta ton kargo. Emirates SkyCargo menjadi yang terbesar di dunia dengan beban angkut 2,09 juta ton di seluruh jaringan. Dubai International menjadi bandara dengan peringkat kedua tersibuk di dunia untuk lalu lintas penumpang dengan 32,6 juta penumpang pada semester pertama 2013.
Pada perdagangan dunia, baik dunia Muslim dan non Muslim, Dubai memberikan UEA kesempatan unik yang secara global diterima yakni kualitas standar, termasuk jaminan halal. Standar ini, kata Farook, dapat digunakan oleh semua perusahaan perdagangan dan ekspor sebagai 'paspor' barang-barang mereka.
Standar global tidak dapat dipandang hanya sebagai satu inisiatif. Dubai dapat memimpin dan mensponsori keberadaannya, tetapi harus mampu bekerja dengan badan pemangku kepentingan kunci di seluruh dunia seperti Bank Pembangunan Islam (IDB), Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Standar dan Metrologi Lembaga Negara-Negara Islam (SMIIC) serta negara-negara pengimpor utama.
Dubai mungkin belum dianggap sebagai pusat ekonomi Islam, tapi ini bukan pertama kalinya Dubai mengubah lanskap industri global. Ketika Airport Dubai dimulai pada 1959 diikuti oleh pembentukan Emirates Airlines pada 1985, tidak ada yang membayangkan bagaimana hal itu bisa menggeser pusat gravitasi di rute perjalanan global.
Saat ini Dubai menjadi penghubung dunia Timur dan Barat, maju dan berkembang, Utara dan Selatan. "Jika dilakukan dengan benar, suatu hari kita dapat melihat kembali Dubai secara mendasar mengubah ekonomi Islam," kata dia.