EKBIS.CO, NUSA DUA -- Anggaran penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) di Bali mencapai Rp 364,76 miliar yang dinilai jauh lebih kecil dibandingkan anggaran pada KTT APEC sebelumnya di Vladivostok, Rusia. "Secara anggaran dalam satu tahun mencapai Rp 364, 76 miliar atau sekitar 35 juta dolar AS," kata Wakil Ketua Panitia Nasional Chairul Tanjung dalam keterangan persnya terkait kesiapan KTT APEC di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis (3/10).
Menurut dia, anggaran tersebut berasal dari empat kementerian di antaranya Kementerian Sekretariat Negara yang menangani akomodasi perhotelan, kendaraan, dan anggaran pengamanan dan Paspampres. Selain itu dari Kementerian Luar Negeri yang menangani penyelenggaraan konferensi, Kementerian Komunikasi dan Informasi, dan anggaran dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ia menjelaskan bahwa biaya penyelenggaraan KTT APEC tersebut tidak berasal dari APBN sehingga anggaran negara tidak terbebani. Tanjung mencontohkan untuk pembiayaan infrastruktur dan fasilitas penunjang APEC seperti proyek perluasan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dibiayai oleh BUMN yakni Angkasa Pura I dengan mengundang investor asing.
Tak hanya itu, pembangunan jalan tol Mandara juga dikerjakan oleh konsorsium BUMN yakni Jasa Marga dan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Badung. Sedangkan untuk pembangunan dua gedung BNDCC dibangun oleh pihak swasta yakni Kompas Gramedia. Begitu pula dengan pembangunan Hotel Sofitel yang digunakan sebagai tempat utama penyelenggaraan KTT APEC dibangun oleh pihak swasta yakni Agung Podomoro Grup.
Dia menjelaskan bahwa saat KTT APEC di Vladivostok, Rusia, sepenuhnya anggaran dari APBN pemerintah negeri beruang putih itu karena harus membangun bandara baru, termasuk komplek penyelenggaraan KTT APEC. "Jadi anggaran jauh lebih kecil itu dengan kegiatan sebesar ini akan berdampak luar biasa. Indonesia dan Bali akan dikenal dunia, apalagi kalau nyaman dan aman," katanya.