EKBIS.CO, NUSA DUA -- Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) dan World Travel and Toursim Council (WTTC) memproyeksikan kemudahan visa yang diusulkan untuk diberlakukan di negara-negara anggota APEC akan membuka 2,6 juta lapangan kerja baru di Asia Pasifik. Ini akan menambah tambahan penerimaan sektor wisata antarbangsa hingga 89 juta dolar AS dari 57 juta tambahan wisatawan di kawasan Asia Pasifik pada 2016.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu mengatakan tantangan saat ini adalah membangun kerja sama antara pejabat di bidang pariwisata, keuangan, bea cukai, imigrasi, keamanan, perhubungan, dan otoritas bandara di kelompok-kelompok kerja yang berbeda. Pentingnya pariwisata untuk membuka lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan Asia Pasifik juga telah diakui oleh para pemimpin Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) sejak peluncuran APEC Travel Facilitation Initiative 2011 lalu.
"Tahun ini, melalui dialog kebijakan tingkat tinggi mengenai fasilitasi wisata di Bali, kami berharap dapat menghasilkan beberapa rencana aksi mengenai kemudahan visa dan perjalanan," kata Mari Elka di Bali, Jumat (4/10).
Meskipun telah ada kolaborasi dan kemajuan di seluruh kawasan Asia Pasifik untuk mempermudah visa, termasuk pendekatan progresif untuk menerapkan kebijakan visa baru, kenyataannya 21 persen wisatawan mancanegara (wisman) yang diharapkan bergabung dengan APEC pada 2014-2016 nanti tetap membutuhkan visa tradisional. Mereka membutuhkannya sebelum bepergian berdasarkan kebijakan visa yang ada saat ini.
Presiden dan CEO WTTC, David Scowsill mengatakan mendorong kebebasan menempuh perjalanan adalah sebuah prioriras utama bagi WTTC. Ini adalah langkah sederhana pemerintah negara-negara anggota APEC untuk mendatangkan manfaat sosial yang tak terhitung jumlahnya. "Ini adalah tuntutan yang harus diseriusi pemerintah-pemerintah di kawasan ini," ujar Scowsill.
Meski kemajuan besar di bidang kemudahan pariwisata sudah dibuat pada beberapa dasawarsa terakhir ini, masih ada beberapa aspek yang menunggu dikembangkan peluangnya. Misalnya, pertimbangan kemungkinan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam memperbaiki prosedur-prosedur visa, mempermudah proses memperoleh visa, menetapkan program eVisa, serta membangun kesepakatan-kesepakatan kemudahan visa di kawasan.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan perhelatan APEC Bali mendatangkan manfaat tak langsung di sektor pariwisata Bali. Pertama, sarana promosi tak langsung. "Dengan Bali menjadi host APEC tahun ini, informasi dari mulut ke mulut akan menjadi sumber promosi yang signifikan," ujar Made.
Manfaat lainnya adalah meningkatkan jumlah tenaga kerja, meningkatkan kepercayaan diri pemerintah daerah untuk melaksanakan perhelatan berkelas internasional, merangsang ekonomi produksi barang-barang komoditas lokal, serta menghidupkan kreativitas budaya dan seni.