EKBIS.CO, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Senin (7/10) pagi yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 121 poin menjadi Rp 11.195 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.316 per dolar AS.
"Kondisi pemerintahan AS yang sedang pelik sementara data ekonomi Indonesia yang positif memberikan berkah bagi kurs rupiah terus mengalami kenaikan," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (7/10).
Reza Priyambada menambahkan penguatan kurs rupiah juga seiring dengan mata uang yen dan mata uang Asia lainnya yang memanfaatkan pelemahan dolar AS seiring dengan berhentinya sebagian kegiatan (partial shutdown) departemen pemerintahan AS. Akan tetapi, menurut dia, berlarut-larutnya kondisi AS itu dapat membuat pelaku pasar menjauhi aset-aset berisiko, termasuk mata uang dari negara-negara berkembang (emerging market) salah satunya rupiah.
Ia mengatakan bahwa kekhawatiran terhadap ekonomi AS bisa menyurutkan optimisme terhadap pencapaian atas kinerja ekonomi Indonesia yang mencatatkan keberhasilan pada surplus neraca perdagangan pada Agustus lalu.
Sementara itu, analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan serangkaian data ekonomi Indonesia masih cukup positif untuk mendorong penguatan mata uang domestik terhadap dolar AS, dimana inflasi melambat, indeks manufaktur meningkat, dan neraca perdagangan mencatatkan surplus. Selain itu, lanjut Zulfirman Basir, kesepakatan fasilitas swap antara Bank Indonesia (BI) dengan bank sentral Cina juga dapat menjaga kecukupan dana BI untuk melanjutkan intervensi di pasar.
"Kondisi itu masih dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah. Meski demikian, penguatan masih rapuh seiring investor tetap waspada dengan berlanjutnya penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS," katanya.