EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) mencatatkan pertumbuhan kredit hingga kuartal III-2013 sebesar 26,08 persen year on year (yoy). Angka tersebut di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan sebesar 22 persen. Pertumbuhan kredit didorong oleh pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR).
Kredit bank sektor properti ini mencapai Rp 96,539 triliun hingga September 2013. Sebanyak 86,12 persen merupakan kredit properti yang terdiri dari KPR subsidi dan non-subsidi. Sebesar 13,88 persen adalah kredit komersial dan konsumer. KPR non subsidi mencatatkan kenaikan tertinggi yakni sebesar 45 persen. Diikuti oleh kredit konsumer, komersial, dan konstruksi, serta KPR subsidi yang mencapai masing-masing 36 persen, 28 persen, 27 persen, dan 7 persen.
Tingginya laju kredit itu belum mampu mendorong laba bersih. BTN hanya mampu membukukan kenaikan laba sebesar 3,52 persen menjadi Rp 1,057 triliun. Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan perseroan mengalami kenaikan risiko kredit bermasalah (NPL) sejak akhir tahun lalu. NPL gross tertinggi puncaknya pada Agustus 2013 yang tercatat sebesar 5,21 persen.
"Pertumbuhan laba yang tipis ini bertujuan untuk menjaga kualitas kredit. Perseroan ingin menurunkan rasio kredit bermasalah di bawah 4 persen hingga akhir tahun," ujar Maryono dalam paparan kinerja di Menara BTN, Jakarta, kemarin.
Untuk mengatasi NPL yang telah berada diatas ambang batas ketentuan Bank Indonesia (BI) sebesar 5 persen, perseroan menaikkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar Rp 204 miliar. Nilai CKPN menjadi Rp 325 miliar. NPL gross akhirnya dapat bergerak turun pada akhir September menjadi 4,88 persen. Maryono berharap dengan tren NPL yang membaik ini, laba perseroan akan kembali terdongkrak ke depannya.
Sementara itu, BTN dapat mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 27,7 persen atau sebesar Rp 88,537 triliun. Giro tumbuh tertinggi sebesar 56,14 persen, tabungan 27,8 persen dan deposito 19,46 persen.
Direktur Keuangan BTN Saut Pardede mengatakan penyebab lain tertahannya laju laba adalah naiknya biaya dana. Untuk tabungan subsidi, biaya dananya naik 26 basis poin (bps) menjadi 4,46 persen. Sementara biaya dana komersial naik 40 bps menjadi 5,6 persen. "Kenaikan cost of fund ini didorong oleh kenaikan BI rate 1,5 persen. Ini cukup menggerus pendapatan," ujar dia.
Margin bunga bersih perseroan (Net Interest Margin/NIM) turun dari 6 persen menjadi 5,45 persen. BTN mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 24,87 persen menjadi Rp 123,31 triliun. Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 16,05 persen dan BOPO sebesar 80,26 persen.