EKBIS.CO, JAKARTA -- Wapres Boediono memandang kondisi ekonomi Indonesia pada 2014 dengan optimisme. Dari segi pertumbuhan, ia menyakini perekonomian Indonesia akan tumbuh 5-6 persen dengan inflasi yang terkendali akibat indeks harga pangan yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka tersebut dinilainya masih jauh di bawah potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang idealnya bisa tumbuh 7-8 persen per tahun untuk jangka panjang. Seperti pertumbuhan Indonesia sejak era 1970-an. Pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang 2013 pun diperkirakan stabil pada 2014 di angka yang lebih pas dengan situasi moneter baru yang akan lebih ketat, bukan lagi era easy money seperti di masa lalu.
"Karena itu saya berani perkirakan pertumbuhan di angka 5-6 persen untuk 2014. Ini bukan enam persen plus seperti 2011. Tapi ini tak bisa dihindari bila kita ingin menyeimbangkan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi," kata Boediono di Jakarta Foreign Correspondence Club, Senin (16/12).
Ia menyinggung inflasi pada penghujung 2013 yang diperkirakannya mencapai angka delapan persen. Angka ini di luar angka rata-rata nasional beberapa tahun ke belakang yang hanya berada di 4-5 persen per tahunnya.
Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang angka delapan persen ini. Antara lain kenaikan harga BBM dan dan bahan pangan non-beras. "Secara domestik panen tahun ini juga berjalan baik, dan secara internasional harga pangan global diperkirakan stabil, sehingga saya percaya inflasi bisa ditekan lebih moderat," tambahnya.
Ia juga optimis nilai investasi dan konsumsi pada 2014 diperkirakan akan tetap tinggi. Ditambah dengan aktivitas seputar pemilu yang berkontribusi positif pada pertumbuhan. Impor minyak juga akan berkurang mengingat rencana penggantian BBM dari solar menjadi bio-diesel yang berbahan dasar minyak sawit yang diperkirakan akan mengurangi impor minyak.