EKBIS.CO, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini likuiditas pasar modal domestik masih baik meski bank sentral AS (the Fed) melakukan pengurangan stimulus keuangan (tapering off).
"Sentimen likuiditas itu berjangka pendek. Investor tentu sudah mengantisipasi langkah the Fed soal 'tapering off', apalagi isunya sudah cukup lama. Stimulus keuangan masih tetap ada meski nilainya bisa saja berkurang, dan likuiditas di pasar masih tetap ada," ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito di Jakarta, Rabu (18/12).
Ia mengatakan bahwa investor asing masih akan menempatkan dana investasinya ke Indonesia karena pertumbuhan perekonomian Indonesia tetap akan menjadi nomor dua tertinggi setelah Cina di antara negara-negara anggota G20.
"Kalau saya boleh kasih saran, investasi-lah di Indonesia. Indonesia tetap menjadi negara nomor dua dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara G20," ucapnya.
Ito mengakui bahwa pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih (net sell) sekitar Rp17 triliun di pasar modal Indonesia. Keluarnya dana asing itu terhitung sejak pertengahan Mei 2013 lalu usai kemunculan isu pengurangan stimulus the Fed.
"Dari Januari sampai Mei itu 'net buy' sekitar Rp15 triliun, setelah itu 'net sell' karena nilai tukar rupiah melemah. Sebenarnya, investor asing cukup sederhana dalam berinvestasi.
"Jika mereka (investor asing) memprediksi rupiah masih terus melemah, mereka akan jual selagi harga dalam dolar AS-nya masih tinggi, begitu rupiah stabil mereka akan masuk lagi," kata Ito menjelaskan.