EKBIS.CO, BEIJING -- Ekonomi Cina mendapat tekanan hebat atas penguatan dolar AS terhadap mata uang mereka, yuan. Analis finansial Cina mengingatkan Beijing atas tiga dampak akibat tekanan tersebut.
Pertama, analis mengatakan, pelemahan yuan atas dolar AS akan memperkecil masuknya dana-dana asing ke pasar finansial Cina. Kedua, likuiditas perbankan dalam negeri juga akan terganggu.
Ketiga, suka tidak suka otoritas bank sentral Cina harus memperlonggar kebijakan moneternya. "Ini merupakan penurunan terendah setahun ini yang menjadi tanda berakhirnya fase apresiasi yuan," kata Edward Lin, analis di Beijing, Jumat (21/3).
Pada Rabu (19/3) yuan ditutup pada level 6,1965 per dolar AS, dan langsung terjun di angka 6,2080 pada pembukaan Kamis (20/3). Sebelum ditutup pada level 6,2275 per dolar AS, yuan sempat menyentuh angka terendah sejak 4 Maret 2014, 6,2334 per dolar AS.
Pelemahan terjadi setelah bank Sentral Cina menurunkan suku bunga acuan 109 basis poin pada angka 6,1460, yang merupakan level terendah selama tahun ini. Yuan sendiri telah terdepresiasi sampai satu persen pada awal Maret ini.
Gubernur Bank Sentral Cina Zhou Xiochuan menegaskan pihaknya tidak akan melakukan intervensi atas situasi yang ada saat ini. Penurunan yuan atas dolar AS, kata dia, semata-mata hanya karena didorong kuat oleh pasar.
Liu Dongliang, analis dari China Merchants Bank, mengatakan yuan masih akan bergejolak ke depannya. "Era penguatan yuan satu arah sudah berakhir," kata dia seperti dikutip China Daily.