Jumat 02 May 2014 17:32 WIB

Ekspor Nonmigas Dongkrak Surplus Perdagangan Indonesia

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai surplus neraca perdagangan Maret 2014 sebesar 673,2 juta dolar AS tak lepas dari peningkatan ekspor nonmigas, khususnya golongan barang bahan bakar mineral maupun lemak dan minyak hewan nabati. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor bahan bakar mineral maupun lemak pada Maret 2014 tercatat 2,06 miliar dolar AS atau meningkat 14,76 persen dibanding Februari 2014 sebesar 1,8 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor lemak dan minyak hewan nabati pada Maret 2014 mencapai 2,03 miliar dolar AS atau meningkat 12,13 persen dibanding Februari 2014 sebesar 1,81 miliar dolar AS. "Faktor utamanya kontribusi nonmigas tersebut," ujar Eko kepada ROL, Jumat (2/5). 

Sementara dari sisi impor, Eko menyebut adanya penurunan impor seiring penurunan permintaan di dalam negeri. Hal tersebut tergambar dari inflasi rendah Maret 2014 0,08 persen dan deflasi April 2014 0,02 persen.  "Permintaan belum cukup tinggi.  Akhirnya, produksi industri-industri tidak pesat sehingga untuk impor lebih banyak bahan baku/penolong," kata Eko. 

BPS mencatat impor bahan baku/penolong pada Maret 2014 mencapai 11,21 miliar dolar AS atau 6,25 persen dibanding Februari 2014 sebesar 10,552 miliar dolar AS. Sementara impor barang modal pada Maret 2014 2,24 miliar dolar AS atau turun 4,11 persen dibanding Februari 2014 2,33 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, Eko mengatakan, pengaruh pengetatan kebijakan fiskal dan moneter yang ditempuh pemerintah maupun Bank Indonesia belum terlihat pada surplus neraca dagang.  Pengaruh pengetatan kebijakan baru terbukti apabila pada tiga bulan mendatang, inflasi bisa dikendalikan serta importir bisa ditekan. "Itu baru terasa kebijakannya. Sekarang kan siklus permintaan memang gak tinggi sehingga efek kebijakan belum terlihat," kata Eko. 

Secara keseluruhan, Eko menilai surplus neraca dagang dalam dua bulan terakhir merupakan sinyal positif. Menjadi tugas semua pihak untuk meningkatkan ekspor dan menekan impor agar surplus neraca bisa berkelanjutan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement