EKBIS.CO, JAKARTA -- Aset PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah bertambah Rp 500 miliar setelah akuisisi Bank Sahabat Purba Danarta (BSPD), sehingga total aset per Maret 2014 di kisaran Rp 2,5 triliun.
"Kita memiliki data per Maret, aset sebesar Rp 2,5 triliun. Aset Bank Sahabat tidak besar. Dari Unit Usaha Syariah (UUS) BTPN sekitar Rp 2 triliun, kemudian Rp 500 milar dari Bank Sahabat Purba Danarta. Konsolidasinya juga akan dilakukan di kuartal III," kata Direktur Kepatuhan PT. BTPN Tbk Anika Faisal di Jakarta, Selasa (15/7).
Anika mengatakan, BTPN telah mengakuisisi BSPD dengan membeli 70 persen sahamnya. Kemudian, BTPN juga melakukan proses pemisahan (spin off) UUS menjadi Bank Umum Syariah, sehingga kini menjadi entitas baru BTPN Syariah.
Setelah akusisi dengan BSPD, dia mengatakan, jumlah cabang BTPN Syariah kini bertambah menjadi 18 cabang, termasuk lima cabang tambahan dari BSPD.
Anika menjelaskan, proses konversi dan pemisahan ini dilakukan untuk pengembangan bisnis, dengan fokus pada pelayanan dan pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil, termasuk segmen yang mereka fokuskan yakni pra-sejahtera produktif (mass market).
"Proses konversi BSPD ke syariah, dan spin off UUS menjadi BUS memang harus dilakukan, baik karena tuntutan regulasi dan juga untuk menggarap peluang bisnis di segmen pra-sejahtera produktif, dengan produk syariah," katanya.
Dirketur Utama BTPN Syariah Harry AS Sukardis mengatakan, tidak ada perubahan mencolok dari BTPN Syariah ini dengan induknya, namun visi strategisnya terletak pada penyediaan akses keuangan inklusif untuk dapat memfasilitasi akses keuangan segmen pra-sejahtera produktif.
Menurut dia, BSPD juga dipilih untuk proses merger karena memiliki sasaran segmen yang hampir sama. Harry menambahkan dalam waktu ke depan, pihaknya belum berpikir untuk memperluas segmen. Menurut dia, pangsa pasar di sektor perbankan untuk kelas pra-sejahtera produktif masih sangat besar.
Sebagai gambaran, saat masih menjadi UUS BTPN, jumlah nasabah yang menjadi segmennya, yakni pra-sejahtera produktif mencapai 1.041.357 nasabah, berdasarkan data per 31 Maret 2014. Sedangkan, nilai pembiayaan mencapai Rp 1,62 triliun per 31 Maret pada 2014 atau tumbuh 160 persen dari periode yang sama tahun lalu.