Selasa 02 Sep 2014 14:59 WIB

Kehabisan BBM, Nelayan Sulit Melaut

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Seorang nelayan terlelap di kapalnya yang berlabuh di pantai utara daerah Eretan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (26/8).Akibat langka BBM jenis solar di jalur pantai utara,para nelayan tidak melaut.
Seorang nelayan terlelap di kapalnya yang berlabuh di pantai utara daerah Eretan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (26/8).Akibat langka BBM jenis solar di jalur pantai utara,para nelayan tidak melaut.

EKBIS.CO,

JAKARTA -- Kelompok ikan segar termasuk dalam faktor penyumbang inflasi terbesar bulan Agustus dengan porsi 0,04 persen. Selain faktor cuaca yang kurang mendukung, nelayan dikatakan sulit mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga mereka tidak melaut.

Menteri Perikanan dan Kelautan, Sharif Cicip Sutardjo mengatakan nelayan di sejumlah tempat hanya mendapatkan bensin  sampai dengan minggu ketiga Agustus. Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) tidak lagi mempunyai persediaan  BBM bersubsidi.

"Minggu keempat sudah tidak ada pasokan, sehingga dengan dasar itu kita tidak bisa beli bensin," ujarnya usai rapat kordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, Selasa (2/9).

Cicip pun mengaku pihaknya sudah mengantisipasi kenaikan harga BBM. Kementerian Kelautan dan Perikanan menurut dia mendapat persetujuan untuk mendapatkan tambahan solar untuk nelayan.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kenaikan harga ikan segar mencapai 1,39 persen. Jenis ikan yang paling tinggi kenaikan harga yaitu ikan bandeng dan ikan kembung.

Kelompok bahan makanan pada Agustus 2014 mengalami inflasi 0,36 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 119,69 pada Juli 2014 menjadi 120,12 pada Agustus 2014.

Selain ikan segaram kelompok lain yang memberikan sumbangan inflasi yaitu beras dan daging ayam ras maisng-maisng 0,02 persen, kangkung, ketimun cabai merah dan cabai rawit maisng-masing 0,01 persen. Inflasi bulan Agustus tercatat 0,47 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement