EKBIS.CO, SAMARINDA -- Menjelang diberlakukannya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dunia pendidikan menilai perbankan syariah butuh revitalisasi. Meski memiliki potensi besar namun pangsa pasarnya masih begitu kecil.
Kepala Jurusan (Kajur) Syariah STAIN Samarinda, Bambang Iswanto mengatakan perbankan syariah memiliki potensi besar di Indonesia.Apalagi perbankan syariah disebut Bambang sudah teruji pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia 2008 lalu.
Pertumbuhan aset bank syariah pun mampu menembus hingga 46,59 persen. Sementara perbankan konvensional sebesar 12,4 persen.
Kemudian perkembangan kantor cabang bank syariah yang sebelumnya hanya sekitar 500 unit kini di tahun 2014 mampu menembus angka 2.139 unit kantor cabang.
“Tetapi sebagian besar masyarakat kita belum mempercayai bank syariah. Ini ironis,” ujar dia, Kamis (4/9).
Sementara, Direktur Bisnis Ritel PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Adrian Asharyanto Gunadi mengakui, persaingan antar perbankan semakin hari semakin ketat. “Baik itu persaingan di antara bank syariah maupun perbankan konvensional,” ujarnya.
Selain MEA, dia menambahkan bahwa sebenarnya tahun 2020 mendatang akan terjadi integrasi perbankan di ASEAN. Sehingga bank asing dengan mudahnya bisa buka cabang.
Jangankan tahun 2020, saat ini saja Adrian menyebutkan bahwa bank sekelas HSBC, Citibank, CIMB, atau Bank singapura sudah memiliki jaringan kantor cabang di seluruh dunia.
“Sementara diantara tiga bank konvensional yang besar yaitu Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Central Asia (BCA), baru Bank Mandiri yang membuka cabang di luar negeri. Jadi perbankan Indonesia masih cukup tertinggal,” ujarnya.