EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp 12 ribu dinilai bukan karena kepanikan buy on rumors saja. Akan tetapi karena persoalan sistem lama yang tidak juga diperbaiki.
Pengamat pasar uang Farial Anwar, Kamis (18/8), mengatakan perbaikan sistem dimana transaksi di dalam negeri harusnya menggunakan rupiah yang tidak juga diterapkan membuat mata uang Indonesia ini terus melemah. Tingginya tuntutan transaksi dengan dolar AS itu tidak diimbangi aliran dolar yang cukup dari luar BI.
Sejauh ini, menurut dia, pun terjadi capital outflow hingga Rp 2,5 triliun dari pasar modal nasional.''Investor asing ramai-ramai menjual sahamnya dan mendoukar keuntungannya ke dolar. Dolarnya pun disimpan di Singapura,'' kata Farial.
Menurutnya, tak ada kejadian luar biasa di dalam negeri yang membuat rupiah bisa melemah. Akan sulit rupiah bisa menguat hingga di bawah Rp 10 ribu, apalagi pemerintah saja menggunakan asumsi tukar dolar AS Rp 11.900 untuk APBN.
''Bagaimana mau masyarakat mau merespon positif jika pemerintah begitu?,'' kata dia. Kondisi ini juga diperparah defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
Disinggung tentang suku bunga di AS yang akan naik, Farial mengatakan itu adalah bahasan lama yang membuat lemah tak hanya rupiah tapi semua mata uang. Membaiknya kondisi ekonomi AS tentu menjadi kabar baik untuk para spekulan dolar untuk membeli mata uang negara yang memang ekonominya membaik.