EKBIS.CO, PALU -- PT Pertamina menegaskan tidak ada kelangkaan elpiji bersubsidi dalam tabung 3 kilogram di Kota Palu dan sekitarnya, pascakenaikan harga elpiji tabung 12 kilogram.
"Kenaikan harga elpiji 12 kg tidak signifikan memengaruhi permintaan terhadap tabung elpiji 3 kilogram. Kalau ada kios yang mengaku kekosongan stok, itu hanya terjadi satu-dua hari untuk menunggu waktu distribusi berikutnya," kata Bagus Sulistio Hadi, Sales Executive Elpiji PT. Pertamina Wilayah V saat dihubungi melalui telepon, Ahad (21/9).
Ia mengemukakan hal itu menanggapi keluhan warga yang menyebutkan bahwa elpiji 3 kg menjadi sulit didapatkan karena permintaannya melonjak setelah harga elpiji 12 kg naik dari Rp 118 ribuan per tabung menjadi Rp 140 ribu.
Menurut Bagus, mungkin saja ada agen-agen pengecer yang kehabisan stok elpiji 3 kg, tetapi itu tidak semata karena membludaknya pembeli melainkan karena menunggu jadwal distribusi berikutnya.
"Kami kan mendistribusikan elpiji kepada agen dan pengecer setiap tiga atau empat hari sekali. Jadi bisa saja ada agen yang kehabisan stok pada satu atau dua hari sebelum stok baru tiba," ujarnya.
Ia menambahkan, setiap hari Pertamina Palu mendistribusikan elpiji bersubsidi tabung 3 kg sebanyak 25 ton dan tabung 12 kg 17 ton di wilayah Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi yang telah mendapatkan program konversi minyak tanah ke gas.
Harga elpiji tabung 12 kg naik sejak dua pekan lalu dengan kenaikan resmi Rp 21.500 per tabung, namun kenyataannya di lapangan, harga elpiji 12 kg ini dijual antara Rp 135 ribu sampai Rp 145 ribu per tabung yang sebelumnya hanya Rp 180 ribu.
Ada dua dampak yang langsung terasa dari kenaikan tersebut. Pertama, warga ramai-ramai beralih membeli tabung elpiji 3 kg sehingga beberapa agen penjual tabung elpiji bersubsidi ini sempat kehabisan stok karena ramainya pembeli. Kedua, permintaan kayu bakar melonjak.
"Sejak sepekan ini stok elpiji 3kg mulai menipis di pasaran dan tidak menutup kemungkinan bisa langka karena permintaan masyarakat meningkat menyusul naiknya harga elpiji kemasan 12 kg," kata Nurhayati, seorang ibu rumah tangga di Jalan I Gusti Ngurah Rai Palu.
Nurhayati berharap pemerintah mengawasi ketat penyaluran elpiji 3 kg karena tidak tertutup kemungkinan ada oknum-oknum yang menimbun elpiji bersubsidi untuk mencari keuntungan besar.
"Kalau elpiji 12 kg, yang menggunakan adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas, sementara masyarakat kecil seperti kami rata-rata menggunakan elpiji 3kg," ujar Mulyono, pedagang kecil penjual gorengan tahu dan tempe.