EKBIS.CO, JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan inflasi akan menyentuh angka tiga persen jika Pemerintah mendatang, Jokowi-JK menaikkan harga BBM Rp 3 ribu per liter. Kepala BPS Suryamin mengatakan dampak inflasi akibat naiknya harga BBM akan berlangsung selama beberapa bulan.
Jika kenaikan harga elpiji tak berpengaruh signifikan terhadap inflasi, maka BPS meramalkan keadaan sebaliknya jika harga BBM dinaikkan pada November. "Itu karena pengguna BBM meliputi sektor yang lebih luas ketimbang pengguna elpiji," kata Suryamin saat ditemui usai Konferensi Pers Perkembangan Inflasi pada Rabu (1/10) di Jakarta.
Menurutnya, kenaikan elpiji hanya akan membawa dampak secara langsung. Imbas naiknya harga elpiji hanya dirasakan di tingkat rumah tangga dan industri pengolahan makanan.
Sebaliknya, BBM digunakan nyaris di semua sektor. Sehingga fluktuasi harganya akan membawa dua dampak yakni dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung, lanjut Suryamin, dirasakan oleh para pengguna kendaraan bermotor.
Sementara dampak tidak langsung dialami oleh mereka yang menggunakan BBM sebagai faktor produksi. Dengan naiknya harga BBM maka akan meningkat pula ongkos produksi dan distribusi. Dengan demikian produsen pasti melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga produk. Menurut Suryamin, BPS masih terus mengkaji mengenai dampak yang bakal terjadi jika harga BBM dinaikkan.
Suryamin mengatakan dampak tidak langsung akan lebih besar daripada dampak langsung. "Dampak tidak langsung bisa dua hingga tiga kali lipat dampak langsung," ujarnya.
Efek kenaikan harga BBM juga diperkirakan berpengaruh selama beberapa bulan ke depan. Bulan pertama setelah kenaikan inflasi akan tinggi. Tetapi memasuki bulan kedua dan ketiga akan semakin menurun. Hal ini disebabkan tidak semua sektor serta merta terkena dampak kenaikan BBM.
Untuk jasa transportasi misalnya, penyesuaian tarif biasanya dilakukan beberapa minggu setelah kenaikan BBM. Sehingga dampaknya terhadap inflasi baru diketahui pada bulan kedua.