EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan kembali merevisi target ekspor 2014. Revisi tersebut terus menurun. Awalnya hanya lima persen. Kini menjadi tujuh persen dari total target ekspor 190 miliar dolar AS.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, mengatakan, pada masa akhir jabatannya ini, revisi untuk target ekspor kembali diturunkan. Jadi, sampai akhir tahun nanti target ekspor Indonesia diprediksi berada di level 184 miliar dolar AS.
"Diturunkannya target ekspor ini, akibat pengaruh lesunya harga sejumlah komoditi," ujar Lutfi, akhir pekan kemarin.
Awalnya, kementerian ini menarget ekspor 190 miliar dolar AS. Kemudian, saat ini direvisi jadi 184,3 miliar dolar AS. Sehingga, penurunannya mencapau 5,7 miliar dolar AS.
Lutfi menjelaskan revisi target ekpsor 2014 mengikuti perekonomian dunia yang menurun. World Trade Organization (WTO) juga, mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia dari semula 4,7 persen menjadi 3,1 persen. Hal ini tentunya memberikan pengaruh signifikan terhadap banyaknya ekspor komoditas Indonesia.
"Salah satunya CPO yang sangat bergantung dengan market dunia," ujar Lutfi.
Kalau dilihat pada tedensi harga perbandingan diawal tahun, pada Januari lalu dibandingkan dengan September ada lima komoditas utama ekspor Indonesia yang mengalami penurunan.
Yakni, CPO turun 21,7 persen dari 928 dolar AS per metrik ton pada bulan Januari menjadi 727 dolar AS per metrik ton pada September. Batu bara juga mengalami penurunan yang cukup lumayan sebesar 15,4 persen. Yakni, turun dari 78,6 dolar AS per ton menjadi 66,4 dolar AS per ton.
Bahkan, dalam tiga pekan terakhir harganya di bawah 65 dolar AS. Data tersebut, berdasarkan news update pricing.
Selanjutnya, komoditi karet menurun tajam sebesar 28,79 persen. Dari 2.230 dolar AS per ton menjadi 1.588 dolar AS per ton. Komoditi lainnya, tembaga juga menurun hampir enam persen. Yakni dari 7.291 dolar AS per tonnya menjadi 6.872 dolar AS. Bijih besi juga turun lebih dari 35 persen. Dari 128 dolar AS menjadi 82 dolar AS.
Namun, di tengah situasi penurunan drastis tersebut, Lutfi melihat adanya celah positif untuk ekspor dalam negeri. Salah satunya, pertumbuhan positif dari ekspor bijih kerak dan abu logam.
"Pertumbuhannya sampai dua ribu persen. Meskipun harga komoditas tersebut sempat turun hampir enam persen," jelasnya.
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak, mengatakan, pihaknya akan terus menggenjot ekspor hingga akhir tahun mendatang. Salah satunya, melalui EXPRO on Food Ingredients yang akan diselenggarakan di Perancis dan Jerman pada pekan terakhir bulan ini.
"Saya berharap, kegiatan tersebut bisa menaikan nilai tambah ekspor produk kita ke Eropa," ujarnya.