EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Bank Dunia menilai dampak kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi yang memicu meningkatnya inflasi hanya bersifat sementara pada 2015.
"Tahun depan (2015) inflasi akan mampu mencapai 7,5 persen lalu akan cepat turun lagi menjadi 7,3 persen. Jadi cuma sementara," kata ekonom Bank Dunia, Masyita Crystalin saat menjadi pembicara dalam Diskusi dan Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (18/12).
Menurut dia dampak peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per November diperkirakan hanya akan membawa pengaruh negatif jangka pendek yang terbatas terhadap konsumsi swasta. Sementara pada jangka menengah kegiatan ekonomi akan lebih ditentukan oleh gejolak pertumbuhan global.
"Selain itu juga akan lebih bergantung pada kemampuan pemerintah menyelesaikan tantangan reformasi struktural dan investasi infrastruktur utama," kata dia.
Menurut Masyita, langkah pemerintah menaikkan harga BBM sudah tepat. Upaya itu, menurut dia, penting untuk membatasi tekanan belanja serta melonggarkan ruang fiskal.
Penghematan fiskal dari kenaikan BBM, kata dia, akan melebihi Rp100 triliun atau 1 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) pada 2015. Hal itu akan menjadi peluang pemerintah untuk belanja sektor prioritas lainnya.
"Meskipun penghematan itu juga masih mampu terdepresiasi kurs rupiah atau pembalikan arah harga minyak dunia," kata dia.