EKBIS.CO, JAKARTA--Target pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,8 persen pada tahun 2015 dinilai agak susah dicapai. Sebab, tantangan internal dan eksternal perekonomial cukup ketat.
"Target itu pemerintah sangat optimistis, tapi kalau secara realistis agak susah dicapai, karena tantangan 2015 cukup besar memang ada tambahan dana infrastruktur, itu akan menggenjot perekonomian terutama sektor properti akan naik,”kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto, Jumat (26/12).
Ia mengatakan, meskipun pemerintah memiliki tambahan ruang fiskal sekitar Rp 230 triliun dari RAPBNP 2015 untuk pembangunan infrastruktur, namun efeknya tidak akan langsung terasa pada 2015. Tapi, kalau output akhirnya terealisasi, multiplier effect-nya baru bisa dirasakan pada tahun 2016 atau 2017.
Menurutnya, dampak pembangunan infrastruktur terdapat jeda waktu. Sebab, kontribusi utama pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan ekonomi adalah masyarakat.
Sementara, pembangunan infrastruktur hanya sebagai pendorong. Meskipun, sektor konstruksi akan secara langsung merasakan dampaknya.
Kecuali, kata Eko, di saat bersamaan pemerintah menyiapkan kerangka kelembagaan ekonomi. Sehingga saat infrastruktur selesai dibangun masyarakat mudah melakukan kegiatan ekonomi.
Tantangan lainnya, Eko mengatakan, pengetatan moneter akan berlanjut. Dari sisi eksternal, adanya tapering off oleh bank sentral AS pada semester II 2015. Dimungkinkan dana portofolio akan keluar. Di samping ketatnya likuiditas perbankan nasional.
"Kalau mau mendanai atau investasi bank tidak mampu mem-push kreditnya, target pertumbuhan kredit hampir sama tahun ini," imbuhnya.